(Taiwan, ROC) --- Pernahkah Anda penasaran mengapa beberapa orang selalu suka mengontrol pasangannya dalam hubungan asmara? Alasan di baliknya mungkin lebih kompleks dari yang Anda pikirkan.
Psikolog konseling profesional di Taiwan, Lin Tsui-feng (林萃芬) dalam bukunya "從說話洞察人心 baca: Cóng shuōhuà dòngchá rénxīn" menceritakan tentang seorang teman bernama Xiao Ling (小玲) yang tidak mengerti mengapa setiap pacarnya memiliki kecenderungan untuk mengontrolnya.
Apakah dia memiliki aura tertentu, atau apakah perilaku dan tindakannya memang bermasalah, sehingga pasangannya tidak bisa menahan diri untuk mengontrolnya?
Berdasarkan pengamatan Lin Tsui-feng, orang yang suka mengontrol pasangannya biasanya memiliki beberapa pengalaman tumbuh kembang atau ciri kepribadian yang ternyata cukup umum.
圖/BELLA 儂儂
1. Orang yang Dididik secara Otoriter
Orang yang dididik secara otoriter terbiasa berkomunikasi atau berbicara dengan nada perintah kepada orang lain, tentu saja mudah meninggalkan kesan suka mengatur.
2. Orang yang Tidak Merasa Aman
Orang yang tidak merasa aman biasanya ingin mengetahui keberadaan kekasihnya, atau meminta kekasihnya melaporkan jadwalnya secara detail, atau berharap kekasihnya berbagi kalender dengan mereka.
Bahkan mereka meminta kekasihnya mengaktifkan pelacak lokasi di ponsel, sehingga mereka bisa selalu tahu di mana kekasihnya berada.
Jika kekasih merasa hak privasinya dilanggar, orang yang tidak merasa aman akan menganggap pasangannya menyembunyikan sesuatu darinya, sehingga mereka akan lebih tidak mempercayai pasangannya.
圖/BELLA 儂儂
3. Curigaan
Orang yang sangat curiga kebanyakan sangat pandai berimajinasi. Meski hal tersebut tidak pernah terjadi, tetapi mereka bisa membayangkannya seolah-olah nyata, kemudian mereka curiga pasangannya pasti telah melakukan sesuatu yang salah terhadap mereka.
Ketika tekanan internal menjadi terlalu besar, maka mereka akan mencoba mengendalikan pasangan melalui cara mengatur. Hal ini mereka lakukan untuk mengurangi rasa cemas di dalam diri mereka.
4. Keinginan Memiliki yang Kuat
Dalam cinta, rasa memiliki dan ingin mengendalikan mencerminkan kebiasaan cinta yang terkontaminasi. Pola ini berasal dari rasa tidak aman yang mendalam, di satu sisi takut tidak bisa mengendalikan pasangan, di sisi lain takut kehilangan mereka.
Dari kecemasan ini, beberapa orang mengembangkan perilaku kontrol yang berlebihan.
Misalnya, karena cemburu, seseorang mungkin menghindari pasangannya berinteraksi dengan pegawai toko lawan jenis, khawatir interaksi sederhana itu akhirnya akan mengancam hubungan mereka.
Orang-orang ini sering memiliki imajinasi yang kaya, menganggap interaksi tidak berbahaya sebagai ancaman potensial. Mereka yakin akan dugaan mereka dan mengabaikan penjelasan pasangan.
Di dalam hati, mereka menganggap pasangan sebagai milik pribadi, memiliki pikiran kamu adalah milikku, didorong oleh ketakutan akan kehilangan, mencoba mengunci pasangan di dalam kotak keamanan psikologis yang mereka buat, guna mencari ketenangan jiwa.
圖/BELLA 儂儂
5. Orang yang Selalu Bergantung
Pasangan yang terlalu bergantung terbagi menjadi dua jenis. Satu, orang yang perlu pasangannya memutuskan segalanya, dari hal-hal sepele, misal "Pakai baju apa? Beli buah apa?. Hingga hal-hal besar, seperti investasi membeli rumah.
Tak peduli seberapa penting atau tidaknya masalah itu, mereka akan secara aktif meminta pendapat pasangan, jika tidak, mereka tidak merasa tenang dan tidak memiliki keyakinan pada keputusan mereka sendiri.
Jenis kedua adalah orang yang perlu mengontrol segala hal sepenuhnya, menetapkan bahwa pasangan dalam melakukan apa pun harus mendapat persetujuan darinya, termasuk apa yang harus dipakai, dan dengan siapa berbicara.
Mereka mencoba melalui tuntutan dan pemaksaan agar pasangan patuh, demi menyembunyikan kebutuhan ketergantungan internal mereka.