Bacabuku 讀書會 深夜食堂台客故事 Shin’ya Shokudo Midnight diner
Mari bacabuku kembali, seingat saya, beberapa tahun lalu, saya sudah memperkenalkan serial manga Jepang Shin'ya Shokudō (深夜食堂, terj. har. "Midnight Diner" kalau terjemahan versi saya sendiri, akan cocok bernama Kedai Larut Malam), adalah serial manga Jepang yang ditulis dan diilustrasikan oleh Yarō Abe.
Bercerita tentang kedai, yang mulai buka sejak tengah malam, dengan berbagai cerita pelanggan yang eksentrik. Anda tentu sudah tidak asing lagi sehingga tidak usah terlalu banyak disebutkan lagi di jurnal. Buku komik jepang yang ditulis oleh Yaro Abe ini, yang sekaligus diilustrasikan oleh penulisnya sendiri, selalu ditunggu-tunggu penerbitannya oleh para fansnya. Saya pun juga mengoleksi beberapa buku di awal, kemudian semua berupa E-book. Walaupun lebih nikmat membaca komik dengan memegangi bukunya. Tetapi apa daya, rak buku sudah penuh. Dan mencoba hidup minimalis.
Dalam salah satu episode komiknya, yang nomor ke berapa saya lupa. Ada sebuah cerita, kedai larut malam nya dikunjungi oleh orang Taiwan. Mungkin Yaro Abe ingin mendekatkan dan menyenangkan pembacanya yang sebagian besar ada di Taiwan, dan juga memang kenyataannya banyak orang Taiwan berkunjung ke Jepang. Apalagi di masa lalu. Cerita dalam komik, seorang anak perempuan Taiwan masuk ke kedai untuk makan, dan dalam obrolan ternyata gadis itu datang mencari bapaknya. Dan kebetulan saat itu di kedai ada beberapa tamu langganan. Sehingga mereka mengobrol bersama dan mendengarkan kisah sang gadis Taiwan yang hendak mencari ayah Jepangnya. Dan kebetulan sekali, dari gambaran yang diberikan gadis Taiwan itu, maka sang ayah berada di dalam kedai malam itu. Tetapi sang ayah jepang ini tidak memperkenalkan dirinya dan tidak mau memberitahu bahwa ia kenal dengan ibunya.
Hari ini dalam jurnal saya ingin bercerita berangkat dari cerita komik anak gadis Taiwan mencari ayah ke Jepang.
Kedengarannya seperti lucu bukan, tetapi kalau ditelusuri sejarahnya, maka memang di zaman tahun 70 an, 80 an bahkan 90 an, banyak orang Taiwan bekerja di Jepang. Kalau sekarang, WNI juga banyak yang bekerja di Jepang bukan? Jadi WNI selain bekerja di Taiwan, mereka juga ada yang memilih ke Jepang, karena memang bayaran di Jepang pasti lebih tinggi dari bayaran yang diterima di Taiwan.
Dulu banyak wanita Taiwan bekerja di Jepang. Ada yang kena tipu, diminta bekerja di kantoran, tetapi sesampai di Jepang, ternyata ia harus bekerja di ginza atau klab malam menemari lelaki Jepang meminum arak. Dan ada pula yang sengaja bekerja seperti itu demi uang. Biasanya wanita Taiwan yang berangkat ke Jepang, disebabkan keluarga mereka membutuhkan uang, maka mau tak mau, mereka bekerja di Jepang. Saat itu, kondisi perekonomian Taiwan masih sangat terbelakang, sehingga lowongan kerja tidak banyak, apalagi kalau ingin mendapatkan uang banyak dalam waktu singkat.
Jadi banyak yang bekerja di Jepang. Artis, penyanyi pun juga begitu. Seperti Teresa Teng juga pernah memupuk debutnya di sana. Dan Vivi Yang Ou Yang Fei Fei, bahkan menikah dengan orang Jepang dan menetap di sana. Memang ada yang secara terbuka, ada yang tertutup, bersembunyi dalam kegelapan malam Jepang.
Nah, anak gadis Taiwan yang mencari ayah ke Jepang ini, adalah anak hasil sang ibu yang waktu itu bekerja di Jepang dan berpacaran dengan orang Jepang yang bekerja di ginza di jalan kedai larut malam berada. Makanya sang anak gadis mencari ke jalan tsb. mengingat ibunya sudah meninggal, maka anak gadis hanya spekulasi saja dan tidak berharap menemukan sang ayah. Setelah sang anak gadis Taiwan itu meninggalkan kedai, barulah sang ayah itu bercerita kepada awak kedai, bahwa ibu anak gadis itu dulu bekerja di ginza tempat ia bekerja juga. Mereka berpacaran dan hidup bersama, tetapi entah apa sebabnya, wanita Taiwan itu tiba-tiba pulang ke Taiwan dan tidak kembali ke Jepang lagi. Sehingga mereka putus tidak ada berita kelanjutannya. Dan setelah 20 tahun berlalu, tiba-tiba ada anak gadis Taiwan yang mencari ayah di jalan tsb. tampaknya ibunya pulang karena mengandung dan memang tidak bersedia memberitahukan kepada ayah Jepangnya. Memang cerita-cerita yang berlangsung semalam saja dalam kedai larut malam singkat dan terkadang bersambung terus, dan menjadi kenikmatan dalam membacanya.
Cerita ini membuat saya teringat cerita seorang teman. Ibunya sudah pensiun dan balik ke Taiwan dari Jepang. Ternyata ibunya juga bekerja di Jepang, maka ia pun tinggal bersama nenek. Dan ibunya pulang setiap tahun dengan memberikan janji kosong kepada teman saya yang saya namai Yuri nama samaran. Yuri setiap tahun dengan penuh harap menantikan kepulangan ibu, yang selalu menjanjikan Yuri akan diajak ke Jepang. Bagi anak kecil, bisa ikut ibu adalah suatu anugerah. Tetapi mana mungkin sang ibu yang bekerja di ginza, bisa memelihara anak gadis. Tentu selalu memberikan janji kosong. Sampai Yuri menjadi dewasa dan lulus SMA ia nekad mendatangi ibunya di Jepang. Jadi tentu sang ibu sangat kaget dibuatnya. Mengingat Yuri sudah lulus SMA dan sudah menjadi gadis remaja yang cantik. Dan juga saat itu ibunya sudah cukup mapan, bekerja sama dengan orang Jepang membuka ginza sendiri. Jadi ibunya menjadi bos ginza. Oleh ibunya Yuri dibawa ke ginza setiap malam, ia disuruh belajar melayani tamu-tamu Jepang yang sudah setengah umur. Yuri tidak mau karena merasa jijik, ia sering dipegang oleh om om Jepang, dan ia pun pernah mencemooh pekerjaan ibunya itu, sampai ia ditampar. Ibunya memaksanya untuk bekerja di ginza menjadi wanita peneman minum. Yuri tidak mau. Dan ibunya mengancam, kalau kau bisa lulus ujian masuk perguruan tinggi di Jepang, maka kau boleh bebas tidak perlu bekerja di ginza.
Yuri teman saya itu melukiskan kepada saya perasaannya waktu itu. Ia belajar bahasa Jepang mati-matian. Karena kalau gagal ujian masuk, ia harus bekerja di ginza, dan ia tidak mau hidup seperti itu.
Syukurlah Yuri masih dicintai yang maha kuasa, ia tidak perlu bekerja di ginza. Ia diterima di perguruan tinggi Jepang. Bayangkan betapa gigihnya Yuri belajar bahasa Jepang.
Terus terang, saya yang mendengarkan cerita Yuri, menjadi keras debaran jantung saya. Karena bercampur aduk perasaan, pertama adalah saya shok, mengapa ada ibu kandung yang menyuruh putrinya bekerja menemani om om jepang minum di ginzanya. Menurut persepsi saya, ibu akan melarang anaknya muncul di ginza walau itu miliknya. Pasti ingin melindunginya dari tangan-tangan jahil. Tetapi kenapa malah sebaliknya, anak gadis lulusan SMA cantik dan ranum, malah disuruh bekerja di ginza. Hati ini menjadi menangis dibuatnya. Kalau saja Yuri putri saya, akan saya sayang sayang.
Sang ibu ini sangat dicintai Yuri, Yuri mengatakan seumur hidupnya sejak kecil ia selalu mendambakan cinta kasih ibu, ia mendambakan bisa hidup bersama ibunya. Maka ia pun sangat gembira ketika ibunya pensiun dan berencana pulang kembali ke Taiwan. Karena Otosang, yaitu suami Jepang ibunya juga meninggal dunia karena sakit.
Apakah cerita Yuri berakhir dengan kebahagiaan sekarang? Tampaknya tidak. Yuri sering curhat, ibunya yang ia ajak tinggal bersama di rumah, bersama suaminya yang sangat mencintai Yuri sehingga rela menerima kehadiran mertua perempuan di rumah mereka. Sebab kebiasaan di Taiwan, jarang ada menantu lelaki yang mau hidup serumah dengan mertua perempuan. Yuri yang haus cinta kasih ibu, merasa akan segera hidup dalam suasana kekeluargaan yang harmonis. Karena akhirnya impiannya terwujud. Ia bisa hidup bersama ibu setiap hari.
Tampaknya sang ibu karena mungkin sudah terbiasa hidup mandiri di Jepang. Menjadi agak aneh. Ia sama sekali tidak mau memasak sekali pun untuk putri dan menantunya yang sibuk bekerja di kantor. Biasanya orang tua akan memasak sesekali untuk anaknya itu sangat lumrah. Tetapi ibunya Yuri sangat berbeda. Ia menunggu Yuri dan suaminya pulang dengan membawakan makanan. Semalam apapun, ia tetap menunggu, tanpa pernah memasak untuk diri sendiri atau berbelanja ke pasar. Juga suka mengatur kehidupan Yuri dan suaminya, dan tampaknya suami Yuri dalam keadaan stres terus. Setelah keadaan ini berlangsung beberapa tahun, akhirnya suami Yuri jatuh sakit. Tumbuh tumor di dekat jantung. Dan setelah pontang panting berobat akhirnya diangat dan sekarang sudah sembuh kembali. Tetapi masalah ibu Yuri masih tetap mengganjal di situ.
Tidak ada orang yang bisa memberikan jalan keluar. Apakah Anda bisa?