:::

Jurnal Maria Bacabuku 我被吃掉以前 Sebelum aku dimakan

  • 22 May, 2023

Selamat datang di acara Jurnal Maria Sukamto歡迎收聽瑪麗亞週記, Apa kabar para JM lovers para Jmers? Semoga sehat sejahtera selalu jiwa dan raga. Hari ini bacabuku lagi yuk. Sebuah buku untuk anak-anak yang ditulis dan digambar sendiri juga oleh penulisnya bernama Yuji Hasegawa. Ya betul orang Jepang yang dilahirkan pada tahun 1958. Buku cerita bergambar ini walaupun dikategorikan sebagai buku anak-anak, tetapi orang dewasa pun suka. Bahkan banyak buku cerita bergambar, ditujukan untuk remaja dan orang dewasa.

Buku ini baru selesai diterbitkan, buku terjemahannya dalam bahasa Mandarin pada bulan April yl. Buku ini mengundang perhatian saya ketika muncul di halaman FB saya. Langsung saja saya koleksi. Nah... bagi pendengar yang mengfollow fb saya, tentu sudah melihat perkenalan sekilas cover buku ini.

 

Judul buku adalah 在我被吃掉以前  Sebelum aku dimakan.

Lakon buku adalah seekor sapi yang mengucapkan selamat tinggal sebelum dimakan.

“sebelum aku dimakan, aku ingin berpamitan dengan ibu.”

Buku ini telah menggugah hati 3 juta netizen jepang, membuat pembaca menjajaki kembali makna hidup. Buku ini bertujuan untuk mendidik, berangkat dari kisah seekor sapi kecil yang berbicara saaat sebelum diangkut ke tempat pembantaian, buku bergambar lukisan dari pensil berwarna ini, menggambar seekor sapi kecil yang bulat gendut, sapuan pensil yang lembut dan nuansa lukisan menarik perhatian pembaca untuk mengetahui bagaimana nasib sang sapi kecil.

Pengarangnya Yuji Hasegawa mendapatkan inspirasi menulis tema ini ketika ia sedang berkeliling di kebun binatang, tiba-tiba tersirat dalam pikirannya, kita sesama mahluk di dunia ini, mengapa mengalami nasib yang begitu berbeda?  Segeralah Yuji Hasegawa membuat ilustrasi cerita, dan dijadikan video ditaruh di internet, tak diduga menjadi viral, dan mendapatkan sambutan besar dari netizen.

Cerita dimulai dari nasib seekor sapi kecil, yang berpamitan dengan ibunya, sapi kecil mengkilas balik perjalanan hidupnya ketika sudah berada di atas kereta, meskipun dalam hati kecilnya sangat sedih dan tidak rela, tetapi toh akhirnya ia memilih untuk menerima nasib, dan merasa yakin makna keberadaannya di dunia kali ini adalah memperkaya mahluk hidup yang lain. Bagi kita ketika mendengar saran “Jangan menghamburkan makanan” serasa klise, buku cerita bergambar ini melalui perjalanan hidup seekor sapi kecil, menyadarkan pembaca betapa berharganya nilai makanan, sebagai mahluk bernama manusia, kita adalah mahluk yang sangat dicintai oleh alam semesta.

Pesan terakhir sang sapi kecil “Bersama dagingku yang kaumakan, hiduplah dengan baik-baik.”

Penulis menyadari, melalui seekor sapi kecil, misi “mencintai kehidupan” akan lebih mengena di hati pembaca daripada cerita perpisahan anak dan ibu. Kita sebagai manusia yang hidup berkat pasokan materi yang disediakan alam semesta, sangat bertanggung jawab untuk melestasikan hidup ini dengan baik-baik. Dan tidak lupa untuk berterima kasih, mensyukuri apa yang kita terima, dan tidak melakukan hal yang menyesalkan di kemudian hari, inilah kado yang diberikan sang sapi kecil kepada manusia dalam perjalanan final hidupnya.

Buku yang bercerita pendek ini tidak saja merupakan buku cerita bergambar yang bersifat mendidik menghargai kehidupan, juga menyadarkan kepada kita untuk selalu bersyukur, dan juga menantang keberanian kita. Menantang kita saat membaca, bisa bertahan sampai kapan untuk tidak meneteskan air mata kesedihan.


Mari kita dengarkan kisah seekor sapi kecil.

Aku seekor sapi kecil, kabarnya aku akan segera dimakan. Pada saat ini aku paling ingin segera kembali ke peternakan tempat aku dilahirkan, untuk berpamitan dengan ibu tercinta.

Aku pernah mendambakan diriku bisa seperti kuda yang berlari-lari dengan bebas, atau seperti gajah jerapah di kebun binatang, yang disukai oleh para penonton. Sekarang aku berdiri di pinggir pagar peternakan yang kudambakan, ibu dan adik-adikku sedang bermain dengan gembira. Ah, alangkah bahagianya, akh langit begitu biru…

Aku seekor sapi, yang akan segera dimakan. Aku berharap, orang yang memakanku nanti bisa menghargai jiwanya dengan baik-baik, dan ini adalah harapanku yang terakhir.

Buku cerita bergambar yang tidak lebih dari 500 kata, tidak hanya menjadi buku mendidik anak-anak kecil, juga menggetarkan hati setiap pembaca dewasa. Yang menggetarkan hati adalah ikatan anak dan ibu, ketika kita dewasa dan meninggalkan orang tua untuk bekerja di kota lain, kita sering selalu menenangkan hati orang tua dengan mengatakan kita baik-baik saja. Hal yang memilukan dari cerita ini adalah saat sapi kecil berdiri jauh di luar peternakan, merenungi ibunya, sambil berpikir, aku segera dimakan manusia, kalau ibu tahu, tentu akan sedih, aku datang bukan untuk menyedihkan hati ibu. Maka pergilah sang sapi kecil dengan diam-diam, sampai di sini banyak pembaca telah meneteskan air matanya. Tentu saja ibu sang sapi kecil melihat anaknya berada di luar pagar.
    

Sang sapi kecil mengatakan, aku begitu gendut, betapa aku ingin kurus seperti kuda yang berlari-lari dengan bebas, tetapi ia tahu nasibnya berbeda, karena ia tahu ia diberi makan agar gendut dan bisa dijual dengan harga yang lebih mahal.

Sang sapi kecil meskipun sangat mengagumi kuda dan jerapah, tetapi ia lebih berharap agar orang yang memakannya bisa mencintai makanan dan tidak menghamburkannya.

Ceritanya pendek, tetapi telah berhasil menciptakan nuansa yang sangat sedih, kata-kata singkat dan sedikit, mengguncangkan hati sanubari pembaca.

Penyiar

Komentar