:::

Jurnal Maria Sukamto 讀書會一切都是最好的安排 Baca buku: Apa yang terjadi adalah yang terbaik.

  • 09 January, 2023
Jurnal Maria
Mount. Taiping in mist by 陳淑文 Maria Sukamto

讀書會一切都是最好的安排

Baca buku: Apa yang terjadi adalah yang terbaik.

Setiap orang bisa menjadi penulis,

Menulis untuk apa dan siapa?

Menulis seperti memancing, memancing isi hati

Dalam tulisan ada jejak pertumbuhan anda

Menjadikan isi hati dalam bentuk kata-kata yang menyamankan lahir dan batin.

 

Selamat datang di acara Jurnal Maria Sukamto, apa kabar para JM lovers para Jmers? Semoga sehat sejahtera selalu jiwa dan raga.

Tak terasa kita sudah memasuki tahun baru tahun 2023. Tahun 2022, berlalu begitu cepat. Terlalu cepat.... dan tanpa sadar kita sudah berada di nuansa tahun 2023 ini. Bagi saya, ketika saya melihat catatan jurnal 2022 pribadi, ternyata ada beberapa hal belum tercapai di tahun 2022, mungkin akan dilanjutkan di tahun 2023 atau juga akan digantikan dengan proyek baru dan lebih menarik bagi saya sendiri. Nah, bagaimana untuk menyesuaikan diri dengan kehadiran tahun 2023, mungkin sangatlah cocok meredakan gejolak hati ini dengan membaca sebuah buku yang berjudul : “Apa yang terjadi adalah yang terbaik”.

Ternyata judul ini banyak digunakan oleh banyak penulis berbeda. Yang bahasa Inggris, yang bahasa Mandarin. Suka sekali memakai judul yang sama. Ya, memang judul boleh sama dan tidak ada yang menuntutnya. Beda sekali dengan merek dagang. Kalau tidak dipatenkan kemungkinan peniru akan menuntut kita nantinya. Jadi judul buku sama tidaklah bermasalah dalam dunia tulis menulis. Karena yang kita cari nama pengarangnya juga. Dari sini kita menyadari betapa pentingnya nama seorang pengarang yang terpampang di depan kulit buku. Seperti nomer rumah.

Jurnal hari ini membaca buku berjudul

Apa yang terjadi adalah yang terbaik. Dan yang menarik perhatian saya adalah isinya. Dan mari kita simak bersama.

Dan semoga memotivasi kita semua.

Penulis Buku yang seorang psikolog, mengatakan:

Semua hal atau pengalaman yang terjadi atas diri kita, adalah bahan materi terbaik bagi kita.

Semua pengaturan yang menimpa kita adalah pengaturan terbaik. Lalu yang menarik adalah: setiap orang bisa menjadi penulis. Sebab kalau Anda bisa berbicara, pasti bisa menulis. Asalkan Anda mau, maka Anda akan menjadi seorang penulis yang baik. Tidak semua hal harus ada bakat barulah kita kita jalankan, termasuk menulis, asal kita jalankan asal kita tulis menjadi tulisan, jadilah kita sebagai penulis.

Pasti ada yang mengatakan Tidak ada bahan, semua hal yang terjadi atas diri kita adalah bahan terbaik. Ketika kesedihan menimpa, pasti ada sesuatu yang tidak bisa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, dan juga perasaan yang sulit dijajaki oleh orang lain. Maka pada saat seperti ini mengapa tidak kita menuliskannya dalam bentuk kata-kata. Perasaan dan kesan itu jika tidak ditulis, maka akan terlupakan begitu saja.

Dimulai dari serba serbi yang terjadi dalam kehidupan kita, dan hanya satu hal yang patut kita punyai adalah sikap mengamati. Anda bisa mencobanya dengan mengkaji apa yang kita lihat, satu persatu kita amati, dan kemampuan mengamati hal-hal kecil inilah akan memperkuat daya tangkap kita. 

Tampaknya dalam ilmu psikolog barat, sebuah teknik menulis expressive writing adalah salah satu terapi, penyampaian kesan dan pandangan pengalaman penting seseorang bisa diujudkan dalam bentuk tulisan, dan berangsur-angsur membangun jiwa yang sehat dari intervensi luar.

Menulis seperti sedang menekuni pembelajaran spiritualitas manusia, terkadang menulis itu seperti sedang bermimpi, bisa memenuhi hasrat dan perasaan yang kita dambakan dan tidak bisa terjadi dalam alam nyata. Spirituality writing akan membawa banyak keuntungan, tidak saja bisa menyalurkan emosi terpendam, juga merupakan suatu proses ritual jiwa kita.

Banyak orang mengatakan, menulis itu adalah hak paten orang-orang berbakat, tidak dan itu pandangan salah. Menulis bukan milik orang berbakat saja. Tidak semua hal harus berbakat baru bisa diselesaikan, yang penting adalah, asalkan kita sendiri menyukai, membutuhkan, dan ingin melakukannya, maka lanjutkan dengan mengerjakannya. Apa kata orang lain itu tidak penting, sebab yang penting adalah apa yang hendak kita utarakan, apa kesan saya, apa yang saya rasakan, saya tuangkan dalam tulisan atau karya saya, sebab inilah panggung saya, dan tidak perlu diberikan kepada orang lain. Dalam proses menulis, seseorang bisa belajar untuk mandiri, menikmati kesendirian, berpikir, mendengarkan, menghadapi dunia ini, melakukan perencanaan dan juga belajar untuk meminta bantuan maupun membantu orang lain, semua ini tidak bisa kita dapatkan dari pekerjaan lain.

Keistimewaan dari buku ini adalah, mengajarkan kepada pembaca bahwa menulis bisa melipur lara, menulis itu suatu terapi. Juga bisa meningkatkan relasi dan daya imun, dengan demikian yang bersangkutan bisa merasakan kehidupan yang bahagia, stress berkurang, dan dalam medis sudah dijadikan salah satu terapi dalam psikologis. Dalam medis disebutkan sebagai expression writing, tetapi oleh penulis buku ini lebih dikonotasikan sebagai spirituality writing, jiwa sedang menulis atau menulis dengan bebas tanpa kekangan harus dengan gaya bagaimana. Menurut konsep Sigmund Freud, menulis bisa memenuhi kebutuhan perasaan tertentu dalam kehidupan, seperti seseorang bermimpi mencapai sesuatu yang tidak bisa diperoleh dalam kehidupan nyata. Demikian pula dengan menulis, bisa membantu anda menikmati kembali kenyamanan dan kebahagiaan dalam momen masa lalu, atau menggalang kehidupan baru yang diidamkan di masa depan, semua ini membantu kita melampiaskan emosional buruk.

Melalui kebiasaan menulis, kita bisa mendengarkan suara hati yang terpendam lama. Untuk itu kita bisa menganggap proses menulis seperti sebuah permainan, untuk menjelajahi alam bawah sadar kita yang terselubung terlupakan. Kita kembali mengenali diri sendiri, dan juga memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengenal kita kembali. Mungkin saja sekarang anda masih tidak banyak bervariasi, tulisan anda tidak banyak kata-kata indah, tetapi ini semua tidak penting. tidak perlu puitis, tetapi yang dipentingkan adalah itu semua adalah suara hati anda sendiri. Dan bisa dimengerti.

Menurut penulisnya sendiri, dalam prakata ia mengatakan menulis adalah sebuah perenungan ke dalam diri sendiri. Dunia dalam tulisan kita sendiri, tidak perlu kepura-puraan, tidak ada kecaman dan kritik, melemparkan kail ke dalam air, tidak harus menantikan hasil tangkapan ikan yang banyak, tetapi yang diharapkan adalah kita bisa mendapatkan ketenangan hati. Setiap orang yang hobi memancing, mayoritas menikmati ketenangan hati saat menanti ikan terpernagkap kailnya. Dan bahkan ada yang mengembalikan ikan ke sungai. Sebab ia menikmati meditasi saat memancing dan bukan hasil pancingannya. Demikian pula dengan menulis. Yang secara langsung, praktis dan efektif membebaskan kita dari tekanan emosional yang terpendam.

 

Penyiar

Komentar