close
RTISISegera unduh Aplikasi ini
Mulai
:::

Pelajaran dari Ukraina Memiliki Interpretasi Berbeda: Negosiasi Menggantikan Konfrontasi atau Meningkatkan Biaya Perang bagi Lawan

  • 28 February, 2025
Perspektif
圖:Rti

(Taiwan, ROC) --- Seiring perkembangan situasi di Ukraina, beberapa akademisi berpendapat, jika pada akhirnya perang harus diselesaikan melalui negosiasi, mengapa tidak menghindari perang sejak awal?

Taiwan sebaiknya tidak memancing lawan yang dapat meningkatkan kemungkinan perang. Namun, ada juga akademisi yang menyatakan bahwa Taiwan harus meningkatkan biaya perang, sambil secara aktif mencari dukungan masyarakat internasional untuk mempertahankan status quo Selat Taiwan sebagai perairan internasional.

 

MOFA: Taiwan-AS adalah Mitra dengan Nilai-nilai Bersama

Cara Presiden AS Donald Trump menangani situasi Ukraina tampaknya tidak mencerminkan nilai-nilai kebebasan dan demokrasi. Banyak pernyataannya telah memicu diskusi, dan sebuah artikel The Economist berjudul "Will it be Ukraine today, Taiwan tomorrow?" telah menarik perhatian media secara luas.

Baru-baru ini dalam konferensi pers rutin Kementerian Luar Negeri (MOFA), seorang wartawan langsung bertanya, "Apakah ada kekhawatiran Taiwan akan menjadi objek negosiasi Trump dalam krisis Selat Taiwan di masa depan?"

Dalam jawabannya, MOFA tetap menekankan nilai-nilai bersama dan meyakini kerja sama Taiwan-AS akan terus berlanjut erat. Juru bicara MOFA Hsiao Kuang-wei (蕭光偉) mengatakan, "Taiwan dan AS adalah mitra yang memiliki nilai dan prinsip bersama. Pemerintah kami berterima kasih atas dukungan berkelanjutan pemerintahan Donald Trump kepada Taiwan, terutama pernyataan bersama pemimpin AS dengan Jepang yang baru-baru ini menegaskan kembali pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan sebagai elemen penting bagi keamanan dan kemakmuran masyarakat internasional. Sebenarnya, pemerintah kami telah bekerja sama erat sejak masa jabatan pertama Presiden Donald Trump hingga sekarang, dan kepercayaan serta kerja sama erat antara Taipei dan Washington akan terus berlanjut dengan stabil."

Presiden Lai Ching-te (賴清德) baru-baru ini juga menyatakan bahwa Taiwan adalah pemain catur, bukan bidak catur, sehingga dukungan untuk stabilitas Selat Taiwan dan penolakan terhadap pemaksaan sepihak dapat dilihat dalam pernyataan-pernyataan KTT AS-Jepang atau G7.

Presiden lebih lanjut menganggap ini telah menjadi opini mainstream internasional dan sesuai dengan kepentingan inti global.

 

Akademisi: Perang Pada Akhirnya Tetap Berujung Negosiasi

Bagaimana memandang masa depan Taiwan dari situasi Ukraina saat ini? Simon Tu (杜聖觀), mantan perwakilan di Irlandia dan Profesor di Universitas Yuan Ze menyatakan, tidak ada yang bisa mengesampingkan kemungkinan konflik militer di Selat Taiwan, tetapi jika perang terjadi, pihak mana di antara kedua sisi selat yang bisa mengalahkan lawannya dan meraih kemenangan?

Selanjutnya melihat Ukraina, Ukraina telah melawan invasi Rusia selama 3 tahun, karena kedua belah pihak tidak dapat sepenuhnya mengalahkan satu sama lain, akhirnya tetap harus menuju ke negosiasi, lalu mengapa sejak awal membiarkan perang terjadi?

Dari sudut pandang di atas, Simon Tu berpendapat, strategi terbaik Taiwan seharusnya adalah sebisa mungkin menghindari provokasi terhadap Tiongkok yang dapat memicu perang.

Simon Tu mengatakan, "Yang disebut pencerahan adalah menghindari perang, strategi tertinggi adalah menggantikan konfrontasi militer dengan negosiasi, ini adalah pemikiran strategis tertinggi dan paling hebat. Tentu ini tergantung pada kebijakan partai yang berkuasa, beberapa hal yang hanya bisa saya katakan, sebagai analisis dan saran dari pihak ketiga, adalah menghindari perang."

Simon Tu menunjukkan, ada beberapa kesenjangan dalam kekuatan militer kedua sisi selat, jika terus meningkatkan persenjataan dan konfrontasi, terus berada dalam ketegangan, terus mengakumulasi kemungkinan konflik militer, mungkin benar-benar akan membawa pada perang, karena itu apakah peningkatan anggaran pertahanan sudah tepat, harus dipikirkan dan didiskusikan dari berbagai sisi.

 

Akademisi: Mandiri dan Kuat Sambil Mencari Dukungan Internasional

Hsu Hong-xin (徐浤馨), Asisten Profesor Departemen Ekonomi Politik Global Universitas Tamkang menyatakan, Memorandum Jaminan Keamanan Budapest 1994 membuat Ukraina melepaskan senjata nuklir, sedangkan AS, Inggris, Rusia dan negara besar lainnya memberikan jaminan keamanan.

Belum genap 30 tahun sejak pemimpin negara-negara besar menandatanganinya, Rusia menginvasi Ukraina, maka harus dikatakan mungkin negara besar tidak bisa sepenuhnya dipercaya.

Hsu Hong-xin menunjukkan, pemandangan di tanah Ukraina setelah 3 tahun perang, serta kesulitan dan tantangan rekonstruksi pasca bencana, membuatnya sangat merasakan bahwa negara sendiri harus menyelamatkan diri sendiri, harus mandiri dan kuat.

Hsu Hong-xin mengatakan, "Asalkan Anda membuat negara yang memiliki ambisi agresi memahami bahwa mereka benar-benar tidak bisa menelan, dan mungkin akan meningkatkan biaya perang mereka, mereka akan mempertimbangkannya, tentu saja mungkin, jika akan terus meningkatkan biaya perang mereka, tidak ada yang akan melakukan hal seperti ini."

Hsu Hong-xin lebih lanjut menyatakan, negara harus menyelamatkan diri sendiri, tetapi Taiwan masih perlu mendapatkan dukungan dunia. Pertama-tama harus membuat masyarakat internasional tahu bahwa Taiwan bukan pihak yang provokatif, melainkan hampir setiap hari diganggu oleh pesawat dan kapal militer Tiongkok. Selanjutnya adalah pentingnya Selat Taiwan sebagai perairan internasional, misalnya kapal perang AS dan Kanada yang baru-baru ini melintas, justru untuk terus menyampaikan posisi ini kepada masyarakat internasional.

Penyiar

Komentar