close
RTISISegera unduh Aplikasi ini
Mulai
:::

Akankah Pemerintahan Baru Trump Mengubah Strategi Afrika untuk Melawan Tiongkok? Prospek Hubungan AS-Afrika Masih Harus Diamati

  • 14 February, 2025
Perspektif
Akankah Pemerintahan Baru Trump Mengubah Strategi Afrika untuk Melawan Tiongkok? Prospek Hubungan AS-Afrika Masih Harus Diamati 圖/Rti

(Taiwan, ROC) --- Donald Trump dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat pada 20 Januari 2025, memulai masa jabatan presidennya yang kedua. Selama masa jabatan pertamanya, ia pernah menggunakan kata-kata yang tidak pantas untuk menggambarkan Afrika dan mengabaikan hubungan dengan Afrika.

Namun, ketika pemerintahan keduanya mulai berusaha memenuhi janji-janji kampanye domestik dan berupaya memantapkan posisi kepemimpinan Amerika Serikat secara global, masih harus diamati apakah Donald Trump akan mengubah sikapnya terhadap Afrika.
 

America First, Donald Trump Mungkin Abaikan Hubungan dengan Afrika

Donald Trump dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat pada 20 Januari 2025, memulai masa jabatan presidennya yang kedua. Pemerintahan Joe Biden telah mencoba kembali merangkul Afrika, yang notabene telah memperdalam kerja sama dengan Tiongkok.

Meski demikian, analis menunjukkan bahwa kebijakan Afrika milik AS di bawah masa jabatan kedua Donald Trump berkemungkinan akan melanjutkan jalur masa jabatan pertamanya, tetapi juga akan mendukung sebagian rencana pemerintahan Joe Biden.

Artikel dari think tank UEA, Future for Advanced Research and Studies (FARAS), menganalisis bahwa di bawah kebijakan penting America First, isolasionisme yang Donald Trump terapkan berkemungkinan akan terus mengabaikan Afrika, dengan hanya beberapa negara Afrika utama yang akan menjadi prioritas pemerintahan AS yang baru.

Think tank tersebut menunjukkan bahwa pendekatan ini akan memberikan ruang manuver yang lebih besar bagi Tiongkok, tidak hanya memperluas pengaruhnya tetapi juga menjadikan Tiongkok sebagai pemain terpenting di kawasan tersebut.

Kebijakan Afrika AS di bawah kepemimpinan Donald Trump mungkin akan membuka jalan bagi Beijing untuk terus melakukan ekspansi ke Afrika.


Kunjungan Terlambat Biden: Afrika Tampaknya Bukan Prioritas AS
Mantan Presiden AS Joe Biden melakukan kunjungan pertamanya ke wilayah Afrika Sub-Sahara pada awal Desember tahun lalu, menjelang akhir masa jabatannya, menjadi presiden AS pertama yang mengunjungi Afrika dalam hampir 10 tahun terakhir.

Pada 4 Desember 2024, ia menghadiri KTT Pemimpin AS-Afrika di Lobito, Angola, bersama dengan Presiden Angola, Kongo, Zambia, dan Wakil Presiden Tanzania.

Kunjungan terakhir presiden AS ke Afrika terjadi 10 tahun yang lalu, ketika mantan Presiden Barack Obama mengunjungi Kenya dan Ethiopia pada Juli 2015.

Joe Biden sebenarnya telah berjanji untuk mengunjungi Afrika sejak 2022. Meskipun akhirnya melakukan kunjungan selama masa jabatannya, tetapi hal ini tetap memunculkan keraguan tentang hubungan AS-Afrika yang semakin renggang.

Menanggapi hal ini, Mvemba Phezo Dizolele, Direktur Program Afrika dan peneliti senior di Center for Strategic and International Studies (CSIS), menyatakan bahwa jeda panjang antara kunjungan Obama dan kunjungan Biden ke Angola sebenarnya telah melemahkan pengaruh AS di Afrika.

Meskipun pernyataan resmi menekankan pentingnya Afrika, bagi orang Afrika, ketidaksesuaian antara kata-kata dengan tindakan memperkuat perasaan bahwa Afrika bukanlah prioritas AS.
 

Perebutan Kesetiaan Afrika dengan Tiongkok dan Rusia

Fokus kunjungan Joe Biden ke Afrika akhir tahun lalu adalah proyek investasi unggulan di Afrika, Koridor Lobito, yang berpusat pada perdagangan dan investasi infrastruktur di Angola, Republik Demokratik Kongo, dan Zambia.

Proyek ini mendorong pembangunan Kereta Api Atlantik Lobito dan infrastruktur pelabuhan yang menghubungkan pelabuhan Angola dengan daerah pertambangan kobalt, litium, dan tembaga di Kongo.

Tujuannya adalah menyediakan alternatif terhadap investasi Tiongkok. Proyek ini diperkirakan akan didanai oleh G7 sebesar US$600 miliar, dengan tujuan meningkatkan akses negara-negara Barat ke sumber daya mineral penting di Kongo dan Zambia.

Saat ini, mitra dagang terbesar Angola adalah Tiongkok dan India, dan Tiongkok telah menggantikan AS sebagai mitra dagang utama Afrika. Tiongkok juga mendominasi industri pertambangan dan rantai pasokan mineral penting di Kongo dan Zambia.

Yousra Elbagir, koresponden Afrika untuk Sky News, menganalisis bahwa kunjungan terakhir Biden ke Afrika terasa seperti perebutan kesetiaan ekonomi Afrika dalam konfrontasi bergaya Perang Dingin dengan Tiongkok dan Rusia.

Selain itu, AS juga kehilangan pengaruh militernya di Afrika. Setelah AS menarik pangkalan militer terakhirnya di Afrika, pangkalan drone Niamey di Niger pada Agustus tahun lalu, dan mengakhiri kerja sama militer dengan Chad, Rusia secara bertahap mengisi kekosongan ini.



Kebijakan Donald Trump terhadap Afrika Masih Perlu Diamati

Mengenai rencana pengembangan investasi Koridor Angola yang dilakukan di akhir masa jabatan Joe Biden, para pejabat dan akademisi berpendapat bahwa pemerintahan Donald Trump kemungkinan akan mendukung sebagian dari rencana tersebut.

Media Reuters mengutip pernyataan dua pejabat dari masa pemerintahan pertama Doanld Trump yang menyatakan bahwa Trump mungkin akan mendukung beberapa aspek dari Proyek Lobito dan melanjutkan kerja sama erat dengan Angola.

Alex Vines, Kepala Program Afrika di think tank Chatham House London, juga berpendapat bahwa program unggulan Afrika dari Joe Biden ini akan berlanjut selama masa pemerintahan Trump, terutama untuk bersaing dengan Tiongkok.

Masih perlu diamati apakah pemerintahan baru Trump akan secara aktif mengubah hubungan AS-Afrika setelah menyadari bahwa perkembangan ekonomi dan militer Tiongkok di Afrika telah menjadi ancaman eksistensial bagi AS.

Penyiar

Komentar