close
RTISISegera unduh Aplikasi ini
Mulai
:::

Kemana Warga Taiwan Menjajakan Uang Mereka?

  • 27 September, 2024
Perspektif
Kemana Warga Taiwan Menjajakan Uang Mereka? 圖/YAHOO 台灣

(Taiwan, ROC) --- Dalam dua tahun terakhir, pasar saham Taipei telah mengalami gelombang pasang. Tidak hanya menembus angka 24.000 poin, tetapi juga secara berturut-turut mencetak rekor tertinggi baru dalam hal fluktuasi.

Oleh karena itu, penurunan 300 atau 400 poin, atau kenaikan tajam sebesar 500 poin pada penutupan setiap harinya, secara bertahap sudah menjadi hal yang biasa.

Para investor saham tetap tenang dan tidak panik, mereka selalu menyenandungkan lagu "Besok akan lebih baik". Apalagi belum lama ini, media asing menyebut Taiwan sebagai pulau kaya.

Dua pasar investasi utama, yakni saham dan properti, sama-sama mengalami kenaikan, yang mana ini merupakan tanda-tanda dari kemakmuran.

Di tengah situasi seperti demikian, daya beli masyarakat sedikit menguat, yang mana ini jelas adalah fenomena yang baik. Mendorong permintaan domestik harus selalu menjadi fokus perhatian, dan para investor ritel yang setiap hari disibukkan dengan pasar saham selama empat setengah jam, mungkin mendapatkan penghasilan setengah bulan mereka, bagaimana mungkin mereka tidak bahagia?

台灣人錢花到哪去了? | 蕃新聞

Kota Taipei tampak malam 圖/番新聞

Makan, minum, dan berbelanja semuanya merupakan bentuk konsumsi, dan semakin banyak warga menghasilkan dan membelanjakan, maka semakin baik kondisi pasar.

Tentu saja, ketika harga saham mengalami penurunan, rasa frustrasi fisik dan mental tidak dapat dihindari, tetapi hal itu tidak memengaruhi kondisi pasar secara keseluruhan.

Pasar perumahan yang hangat telah menyebabkan peningkatan jumlah pemilik rumah baru. Dengan kata lain, kini lebih banyak orang yang memiliki properti. Pembelian perlengkapan rumah juga dapat berkontribusi pada pendapatan domestik.

Saat ini, permintaan jangka pendek dalam kehidupan tercermin dalam efisiensi pasar yang tinggi. Misalnya, seringnya konser yang diadakan di Kaohsiung mendorong para penggemar untuk datang dari jauh dan dekat, yang tidak hanya menghasilkan pendapatan dari tiket dan pajak, tetapi juga meningkatkan pendapatan pariwisata kota dari restoran dan akomodasi, sehingga menguntungkan semua pihak.

Wisata domestik sering dikritik karena mahal, dan orang-orang dengan sinis mengatakan bahwa lebih baik berwisata ke Jepang. Hal yang serupa juga ternyata terjadi di Korea Selatan, di mana orang-orang cenderung meremehkan apa yang mereka miliki, menganggap akomodasi dan makanan tidak sepadan dengan harganya.  

Ini adalah efek psikologis, karena lingkungan, budaya, dan pemandangan "asing" yang dibutuhkan wisatawan. Misalnya, jika orang Taipei pergi ke Kaohsiung, mereka dapat melakukan perjalanan pulang pergi dalam sehari dengan kereta cepat, jadi mengapa harus menghabiskan ribuan dolar untuk akomodasi? Dan untuk makanan, jika mereka tetap dapat makan di toko waralaba, maka mereka akan merasa seperti berada di Taipei, sehingga di mana letak kesenangan berwisatanya?

Jika demikian, tidak perlu memaksakan diri untuk berwisata domestik. Atau, mereka dapat memilih tempat-tempat yang kurang dikenal.

Konsumen Taiwan kurang memiliki konsep surplus dan defisit perdagangan karena warga Taiwan telah lama menjadi negara dengan surplus perdagangan.

Cita-cita merkantilisme di masa lalu adalah berdagang dengan negara lain, membeli lebih sedikit dan menjual lebih banyak, menghasilkan uang setiap tahun, dan lama kelamaan menjadi pulau kaya.

台灣人賺的錢都花去哪?最新調查分析「六都家庭消費支出」:台北人愛買超商、台中人熱愛健身-風傳媒

Dua pasar investasi utama di Taiwan, yakni saham dan properti, sama-sama mengalami kenaikan, yang mana ini merupakan tanda-tanda dari kemakmuran. 圖/風傳媒

Cadangan devisa Taiwan berada di peringkat 5 besar dunia, tetapi pendapatan per kapitanya masih tertinggal dari banyak negara, dan kesenjangan antara si kaya dan si miskin sangat besar, sehingga keadilan dan kesetaraan masih jauh dari jangkauan.

Ambil contoh pariwisata, ada defisit besar antara Taiwan dengan Jepang, dengan kesenjangan yang mencapai lebih dari 4 kali lipat. Tahun lalu, kurang dari satu juta orang Jepang mengunjungi Taiwan, sementara lebih dari 4 juta orang Taiwan bepergian ke Jepang. Dari sini dapat terlihat, bahwa warga Taiwan seakan-akan lebih rela menjajakan uang mereka di Jepang, ketimbang kawasan lain di Taiwan

Meskipun pemerintah Jepang telah berjanji untuk mengurangi kesenjangan tersebut, tetapi hal itu hanya dapat dianggap sebagai pernyataan "resmi yang sopan".

Pertanyaannya kini, uang ada di saku rakyat, dan mereka bebas membelanjakannya di mana pun mereka inginkan, siapa yang bisa melarang?

Penyiar

Komentar