(Taiwan, ROC) --- Sebuah studi di Tiongkok menunjukkan bahwa Tiongkok akan segera menghadapi puncak kematian populasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2040 dan 2061.
Kecepatan dan skala puncak kematian ini akan menimbulkan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi masyarakat Tiongkok. Setelah berita tersebut keluar, laporan penelitian tersebut segera diblokir di internet.
Menanggapi hal ini, para ahli berpendapat bahwa puncak kematian populasi Tiongkok mungkin terjadi 3 hingga 5 tahun lebih awal dari perkiraan. Namun, pemerintah Tiongkok saat ini masih bersikap pasif.
Di masa depan, hal ini tidak hanya akan mempercepat krisis angka kelahiran yang rendah dan memengaruhi produktivitas sosial secara keseluruhan, tetapi juga dapat memicu protes sosial yang mirip dengan "Gerakan Rambut Putih", yang dicemaskan dapat menjadi bom waktu bagi masyarakat Tiongkok.
Laporan Penelitian Tiongkok Menunjukkan Tiongkok Menghadapi Puncak Kematian Populasi
Media melaporkan bahwa Profesor Zhang Zhen (張震) dari Institut Penelitian Populasi Universitas Fudan dan Profesor Li Qiang (李強) dari Akademi Penelitian Lansia memperkirakan, melalui analisis demografi matematis memperlihatkan bahwa Tiongkok akan segera menghadapi puncak kematian populasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2040 dan 2061.
Laporan tersebut menekankan bahwa kecepatan dan skala puncak kematian populasi Tiongkok akan menimbulkan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi masyarakat.
Namun, setelah dipublikasikan, laporan tersebut langsung diblokir di internet, tetapi hal ini justru memicu lebih banyak diskusi.
Laporan Penelitian Diblokir di Internet Menunjukkan Mentalitas Pemerintah Tiongkok yang Menghindari Masalah
Menanggapi hal ini, Wang Chan-hsi (王占璽), peneliti asosiasi di Institut Penelitian Keamanan Nasional, Akademi Keamanan Nasional, percaya bahwa pemblokiran laporan penelitian ini dengan cepat mencerminkan keengganan pemerintah Tiongkok untuk menghadapi dan menghindari masalah terkait, tetapi masalah ini tidak akan hilang begitu saja, dan bahkan dapat menyebabkan dampak yang lebih besar.
Penurunan Ekonomi Tiongkok Berdampak pada Jaminan Hari Tua dan Perawatan Medis, Puncak Kematian Dapat Terjadi Lebih Awal
Mengenai waktu puncak kematian yang diperkirakan dalam penelitian ini, Wang Chan-hsi percaya bahwa penelitian tersebut mengabaikan stagnasi ekonomi Tiongkok saat ini, yang telah menyebabkan masalah serius, seperti jaminan hari tua yang tidak mencukupi dan penurunan kualitas medis yang cepat di Tiongkok.
Jika faktor-faktor ini dipertimbangkan, ia memperkirakan bahwa puncak kematian populasi Tiongkok mungkin terjadi 3 hingga 5 tahun lebih awal.
"Faktanya, hal-hal spesifik ini, termasuk jaminan hari tua dan perawatan medis, sebenarnya merupakan faktor latar belakang penting yang menentukan kondisi kehidupan lansia dan bahkan waktu kematian mereka. Artinya, ketika kita lebih lanjut mempertimbangkan penurunan layanan medis yang cepat, jaminan hari tua yang sangat tidak mencukupi, dan kurangnya tindakan pendukung lainnya, maka kita sebenarnya dapat memperkirakan bahwa puncak kematian bahkan dapat terjadi 3 hingga 5 tahun lebih awal dari waktu yang ditunjukkan dalam artikel ini," terang Wang Chan-hsi.
5 hingga 7 Tahun Sebelum Puncak Kematian adalah Saat Tekanan Sosial Tiongkok Paling Besar
Lebih lanjut, Wang Chan-hsi menganalisis bahwa waktu rata-rata seseorang kehilangan fungsi tubuhnya secara utuh karena disabilitas, penuaan, atau penyakit, yaitu waktu terbaring di tempat tidur sebelum meninggal, adalah sekitar 7 hingga 8 tahun.
Berdasarkan fakta di atas, 5 hingga 7 tahun sebelum puncak kematian mungkin merupakan waktu dimana tekanan sosial Tiongkok paling besar secara keseluruhan. Jika dihitung, Tiongkok sekarang hampir menghadapi masalah seperti itu.
Wang Chan-hsi melanjutkan, "Jika puncak kematian mulai muncul pada tahun 2040 sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam penelitian ini, itu berarti sekitar tahun 2033, seluruh masyarakat harus mulai menghadapi kelompok lansia yang akan meninggal di masa depan. Mereka sebenarnya membutuhkan perawatan di akhir hayat mereka, yang membawa tekanan keseluruhan, termasuk keluarga dan sosial. Tren ini sebenarnya sudah muncul."
Mengabaikan Janji, Tiongkok Mengalihkan Tanggung Jawab Pensiun kepada Masyarakat
Meskipun masalahnya sudah di depan mata, tetapi Wang Chan-hsi menemukan bahwa sikap pemerintah Tiongkok sangat pasif, terutama dalam hal pembayaran dana pensiun dan pembangunan lembaga perawatan sosial.
Bahkan dapat dilihat bahwa pihak berwenang sekarang lebih cenderung "mengalihkan" tanggung jawab kepada masyarakat.
"Di masa lalu, pemerintah Tiongkok sendiri berjanji untuk menyediakan layanan pensiun. Sepertinya ketika Tiongkok berada dalam era keluarga berencana, mereka menekankan bahwa cukup untuk memiliki satu anak, dan ketika Anda tua, negara akan menanggung Anda. Namun sekarang mereka lebih menekankan bahwa merawat orang tua adalah tanggung jawab keluarga, semakin menekankan pentingnya keluarga dalam proses ini," lanjut Wang Chan-hsi.
Mengabaikan Krisis Puncak Kematian Dapat Memicu Kerusuhan Sosial dan Ketidakstabilan
Menanggapi niat pemerintah Tiongkok untuk mengalihkan tanggung jawab, atau bahkan mengabaikan krisis puncak kematian, Wang Chan-hsi mengatakan bahwa ini hanya akan memperburuk masalah.
Terutama dengan efek sumber daya yang terbatas yang saling bersaing, orang mungkin memilih untuk tidak menikah, tidak memiliki anak, atau bahkan berhenti bekerja untuk merawat orang tua.
Pada akhirnya, ini tidak hanya akan mempercepat krisis angka kelahiran yang rendah dan memengaruhi produktivitas sosial secara keseluruhan, tetapi juga dapat memicu protes sosial seperti "Gerakan Rambut Putih", yang dicemaskan dapat menjadi bom waktu di masyarakat Tiongkok.
Wang Chan-hsi mengatakan, "Misalnya, kita telah melihat apa yang disebut Gerakan Rambut Putih dalam dua tahun terakhir, di mana kelompok pensiunan menemukan bahwa jaminan pensiun mereka telah dikurangi, sehingga mereka turun ke jalan untuk memprotes. Akankah lebih banyak kelompok lansia muncul di masa depan karena mereka menemukan bahwa keluarga mereka tidak dapat merawat mereka dengan baik, dan negara hanya memberi mereka sedikit perawatan? Demi kelangsungan hidup mereka, sebenarnya akan muncul berbagai protes sosial atau masalah sosial lainnya."
Mengutamakan Militer dan Diplomasi daripada Kesejahteraan Sosial dan Ekonomi, Citra Kekuatan Tiongkok Pada Akhirnya Akan Rapuh
Wang Chan-hsi menekankan bahwa untuk mengatasi masalah terkait, Tiongkok jelas harus menginvestasikan dana yang besar. Namun, ekonomi Tiongkok saat ini sedang memburuk, tetapi mereka memilih untuk menginvestasikan sumber daya yang terbatas pada militer, diplomasi, dan bahkan stabilitas, alih-alih menyelesaikan masalah kehidupan nyata yang dihadapi rakyat.
Dan Tiongkok yang dibentuk dengan cara ini hanya akan menjadi negara dengan citra kuat di luar tetapi rapuh di dalam. Tampaknya gemerlap di permukaan, tetapi pada kenyataannya, keseimbangan dan stabilitas operasi sosial secara keseluruhan di dalam negeri dengan cepat menyusut dan runtuh.