close
RTISISegera unduh Aplikasi ini
Mulai
:::

Retaknya Persahabatan? Tiongkok Menghentikan Sementara Proyek Bendungan di Pakistan

  • 17 May, 2024
Perspektif
Retaknya Persahabatan? Tiongkok Menghentikan Sementara Proyek Bendungan di Pakistan

(Taiwan, ROC) --- Pada akhir Maret, lima insinyur Tiongkok yang bekerja pada proyek pembangunan bendungan di Pakistan menjadi korban dalam serangan bom bunuh diri, menjadi salah satu dari tiga serangan berdarah dalam satu minggu yang menargetkan kepentingan Tiongkok.

 Serangkaian serangan ini dianggap sebagai tanda peringatan terhadap prospek keamanan inisiatif "Belt and Road" Tiongkok di Pakistan, sekaligus menimbulkan bayang-bayang pada hubungan "bersaudara" antara Tiongkok dan Pakistan yang selama ini dikenal erat.

 

Keamanan Berisiko Tinggi, Prospek Koridor Ekonomi Tiongkok-Pakistan Mengkhawatirkan

Resiko keamanan yang meningkat menimbulkan kekhawatiran atas masa depan Koridor Ekonomi Tiongkok-Pakistan (CPEC). Pada 26 Maret 2024, saat dalam perjalanan menuju lokasi pembangunan Bendungan Dasu di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Kota Besham, lima insinyur Tiongkok menjadi korban serangan bom bunuh diri.

Ini juga menjadi serangan terbaru yang menargetkan kepentingan Tiongkok di Pakistan.

Serangan ini memicu respons kuat dari pihak berwenang Beijing, yang menuntut penyelidikan menyeluruh dan "tindakan efektif nyata untuk melindungi keamanan warga, institusi, dan proyek Tiongkok di Pakistan."

Kontraktor Tiongkok kemudian menghentikan konstruksi pada proyek Bendungan Dasu dan Bendungan Diamer-Bhasha, menuntut pihak Pakistan untuk menyusun rencana keamanan baru yang memadai bagi sekitar 1.250 warga Tiongkok yang bekerja di kedua bendungan, sebelum mereka dapat kembali bekerja.

Analisis menunjukkan bahwa serangkaian serangan terhadap kepentingan Tiongkok di Pakistan telah menciptakan retakan dalam persahabatan antara Tiongkok dengan Pakistan, dan dapat menghentikan investasi miliaran dolar Tiongkok di negara tersebut secara mendadak.

KV Ramesh, seorang reporter senior di stasiun berita TV9 India, menyampaikan, "Insiden serangan ini bisa merusak hubungan Tiongkok-Pakistan, karena otoritas Islamabad tidak memberikan cukup perlindungan keamanan untuk warga Tiongkok yang bekerja pada proyek CPEC, dan Beijing mulai kehilangan kesabaran dengan mitranya."

Dia juga menyatakan, "Tiongkok merasa frustrasi dengan kebijakan Pakistan yang tidak konsisten, inefisiensi, birokrasi, dan ketidakmampuannya untuk membayar kembali pinjaman."

 

Kepentingan Tiongkok Terus Diserang, Dicap Negara Neo-Kolonialisme

Selain itu, serangan bom bunuh diri di Besham menjadi salah satu dari tiga serangan mematikan dalam satu minggu terhadap kepentingan Tiongkok di Pakistan, menyoroti meningkatnya risiko keamanan terhadap proyek "Belt and Road" Tiongkok di negara tersebut.

Sebelum serangan tersebut terjadi, gedung otoritas pelabuhan di Gwadar, Pakistan barat daya, dan sebuah basis angkatan laut, menjadi sasaran serangan oleh Tentara Pembebasan Balochistan (BLA), yang menuduh Tiongkok mengeksploitasi sumber daya di Provinsi Balochistan.

Pelabuhan Gwadar merupakan salah satu pilar utama Koridor Ekonomi Tiongkok-Pakistan (CPEC), koridor yang bertujuan untuk mengembangkan proyek pembangkit energi sepanjang Pakistan, termasuk di wilayah-wilayah terbelakang, seperti Balochistan dan Khyber Pakhtunkhwa, dan merupakan bagian penting dari inisiatif global "Belt and Road" yang didorong oleh Beijing.

Nasionalis Baloch melihat CPEC sebagai upaya pemegang kekuasaan Pakistan untuk lebih lanjut mengeksploitasi sumber daya alam provinsi terbesar di negara itu.

Separatis Baloch menganggap Tiongkok sebagai negara neokolonialisme, menuduhnya memperdalam perasaan alienasi dan deprivasi ekonomi melalui kolusi dengan pemerintah Pakistan, sehingga menyebabkan serangan berdarah yang berkelanjutan terhadap kepentingan Tiongkok di Pakistan selama beberapa tahun terakhir.

Muhammad Shoaib, asisten profesor di Universitas Quaid-i-Azam di Islamabad, mengatakan kepada Nikkei Asia, "Serangan terbaru ini, setelah serangan tahun 2021 yang menewaskan sembilan insinyur Tiongkok di wilayah yang sama, menunjukkan kelemahan keamanan yang serius di tempat tersebut."

Dia menambahkan, "Yang paling mengkhawatirkan bagi orang Tiongkok adalah meski ada lapisan keamanan, tetapi warga negara Tiongkok masih menjadi korban."

 

Tanpa Keamanan, Tak Ada Ekonomi Baru: Retakan Muncul dalam Persahabatan Panjang Tiongkok-Pakistan

Tanpa keamanan, tidak ada proyek ekonomi baru. Keretakan muncul dalam persahabatan kuat antara Tiongkok dengan Pakistan, mengancam inisiatif ekonomi baru antara kedua negara dan berpotensi menghentikan investasi Beijing di Pakistan pasca-pemerintahan baru pada bulan Maret kemarin.

Abdul Basit, seorang peneliti senior dari S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura, dalam tulisannya di South China Morning Post, menekankan bahwa kelompok separatis Balochistan semakin sering menyerang warga dan aset Tiongkok di Pakistan dengan bergabungnya kelompok jihad dari Afghanistan.

Basit menyatakan, "Tanpa menyelesaikan keluhan nyata masyarakat Baloch dan tanpa kerja sama dengan pemerintahan Taliban di Afghanistan untuk menangani ancaman dari kelompok jihad seperti Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), keadaan keamanan tidak akan membaik. Hal ini akan membuat pemerintah baru Pakistan kesulitan untuk meyakinkan Beijing agar memulai proyek baru."

Proyek Koridor Ekonomi Tiongkok-Pakistan (CPEC) senilai $62 miliar, yang sudah mendapat suntikan dana sebesar $42 miliar dari Beijing, dianggap oleh banyak orang Pakistan sebagai penyelamat dari krisis ekonomi. Namun, harapan tersebut tampak meredup seiring dengan memburuknya situasi keamanan di Pakistan.

Shoaib, seorang asisten profesor, menyimpulkan, "Tiongkok tidak akan melanjutkan rencana ekonomi besar apa pun dengan Pakistan. Keadaan keamanan saat ini memberi alasan yang kuat bagi Tiongkok untuk menghentikan lebih lanjut hubungan ekonominya dengan Pakistan."

Penyiar

Komentar