(Taiwan, ROC) --- Organisasi bersenjata Palestina, Hamas, melancarkan serangan besar-besaran ke Israel. Pejuang Hamas menggunakan parasut layang untuk berhasil menghindari sistem pertahanan udara berteknologi tinggi milik tentara Israel dan melintasi perbatasan yang memisahkan Jalur Gaza dengan Israel.
Cabang militer gerakan Hamas, Brigad Izz al-Din al-Qassam, menyerang kota di selatan Israel pada tanggal 7 Oktober 2023 lalu, menyebut serangan ini sebagai "Banjir Al-Aqsa".
Juru bicara tentara pertahanan Israel, Letkol Richard Hecht, mengkonfirmasi bahwa pejuang Palestina menggunakan parasut untuk menyusup masuk ke Israel, baik dari laut maupun darat. Ini adalah pertama kalinya dunia melihat Hamas menyerang Israel dengan cara tersebut.
Menggunakan taktik "penyusupan udara" yang sempat diterapkan pada era Perang Dunia II. Pejuang bersenjata Palestina duduk di parasut yang dilengkapi dengan satu atau dua kursi, melintasi perbatasan yang memisahkan Gaza dengan Israel dari udara. Parasut ini didorong oleh sebuah generator dan beberapa baling-baling, menembus wilayah Israel yang mengelilingi Jalur Gaza.
Parasut militer sering digunakan untuk menjatuhkan regiment pasukan dari udara, bertujuan untuk menyusup ke garis belakang musuh. Selama Perang Dunia II, regu parasut pertama kali digunakan oleh kedua belah pihak yang berperang, sebut saja Jerman dan sekutunya.
Serangan Hamas pada awal Oktober kemarin mengingatkan pada operasi parasut layang yang terjadi pada November 1987. Pada saat itu, dua orang Palestina dari Popular Front for the Liberation of Palestine - General Command (PFLP-GC), seorang warga Suriah, dan seorang warga Tunisia menggunakan parasut layang untuk lepas landas dari Lebanon dan menyerang pos militer Israel.
Diluncurkan Dari Tanah
Parasut tersebut dilengkapi dengan mesin dan kontrol navigasi, memungkinkan personel tempur untuk memulai serangan dari tanah.
Dengan kata lain, mereka tidak perlu mendaki bukit atau melompat dari pesawat untuk bergerak. Mesin tersebut memberikan parasut kecepatan maksimal 56 km/jam, dan dapat terbang selama tiga jam dengan ketinggian jelajah rata-rata 5000 meter dari permukaan tanah.
Menurut situs parasut layang, setiap parasut dapat menampung beban hingga 230 kg atau setara dengan berat badan empat orang. Alat jenis parasut ini bisa dilengkapi dengan kursi tunggal atau tricycle berkapasitas dua orang.
Menurut video yang dirilis oleh "media militer" Brigad Al-Qassam, parasut layang diluncurkan dari tanah dengan satu atau dua personel tempur sebagai pilot.
Video lain menunjukkan personel tempur menembak dari udara sebelum mendarat dan menyerang Israel. Beberapa parasut juga mengangkut personel tempur yang mengendarai sepeda motor.
Para pengguna parasut yang berhasil menembus perbatasan ini kemudian disebut oleh Hamas sebagai "Skadron Saqr".
Mengapa Tentara Israel Tidak Dapat Mendeteksi 'Pasukan Parasut' Hamas?
Video yang dirilis oleh Hamas menunjukkan bahwa parasut layang bersenjata datang dari Gaza. Beberapa tampaknya terbang di ketinggian rendah, sementara yang lain berada di ketinggian sedang, semuanya tampak jelas dengan mata telanjang.
Media Israel mempertanyakan mengapa militer mereka tidak bisa mendeteksinya. Tentara Israel belum mengungkapkan mengapa parasut Hamas tidak membunyikan sistem pertahanan udara mereka, terutama ketika warga sipil dapat merekam para pasukan terbang dengan parasut mereka.
Apakah orang Israel terlalu bergantung pada teknologi dan mengabaikan patroli visual? Beberapa laporan memperlihatkan bahwa berbagai sistem pertahanan udara Israel, termasuk Iron Dome dan radar, mungkin tidak dirancang untuk mendeteksi objek terbang yang kecil seperti itu.
Serangan Dari Berbagai Arah
Menurut pernyataan komandan Brigad Al-Qassam, yaitu Muhammad Al-Deif, saat memulai serangan, Hamas meluncurkan 5.000 roket, disertai dengan pasukan Hamas menggunakan kapal perang dan parasut dari darat dan laut.
Beberapa laporan media dan analisis militer mengatakan bahwa kemampuan pasukan parasut untuk menghindari sistem pertahanan udara adalah faktor kunci yang memungkinkan mereka menembus perbatasan Israel.
Pada hari pertama serangan, agresi dari pihak Hamas mengakibatkan korban jiwa dan cedera di pihak Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya. Militan menawan lebih dari 100 warga sipil dan personel militer Israel, dengan ancaman akan dibunuh oleh pasukan Hamas.