close
RTISISegera unduh Aplikasi ini
Mulai
:::

Konflik Israel Hamas Meningkat, Rekonsiliasi Israel dengan Arab Saudi Kian Tidak Pasti

  • 13 October, 2023
Perspektif
Konflik Israel Hamas Meningkat, Rekonsiliasi Israel dengan Arab Saudi Kian Tidak Pasti

(Taiwan, ROC) --- Konflik antara Israel dengan Palestina kembali memanas. Kelompok Islamis Palestina, Hamas, yang mengontrol Jalur Gaza, melancarkan serangan mendadak terhadap Israel.

Sebagai respons, Israel berjanji akan melakukan serangan balasan penuh, meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut di kawasan tersebut. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana pertempuran antara Israel dengan Hamas akan mempengaruhi situasi di Timur Tengah, terutama upaya perdamaian antara Arab Saudi dengan Israel.
 

Krisis Meningkat, Situasi Kian Rumit

Kelompok Islamis Palestina, Hamas, menembus pagar pengepungan Jalur Gaza pada tanggal 7 Oktober 2023, dan mengirimkan penembak untuk menyerang kota-kota di Israel, menewaskan lebih dari 700 orang dan mengambil puluhan sebagai sandera.

Sebagai tanggapan, Israel melakukan serangan balik dengan membombardir Gaza. Korban jiwa dari kedua pihak sudah mencapai lebih dari 1.000 orang. Konflik antara Israel dengan Palestina yang semakin memburuk, membuat jumlah korban diperkirakan akan terus meningkat.

Pada tanggal 9 Oktober 2023, Israel memerintahkan "pengepungan total" terhadap Jalur Gaza yang dikuasai oleh Hamas. Selain serangan udara yang berkelanjutan, Israel juga akan memutus pasokan air dan listrik ke daerah tersebut. Pasokan kebutuhan pokok seperti makanan dan bahan bakar juga dilarang masuk ke Gaza.

Kekerasan yang berkepanjangan telah menimbulkan kekhawatiran masyarakat mengenai eskalasi ketegangan yang mungkin berubah menjadi konflik lintas batas yang lebih luas. Para ahli memperingatkan bahwa situasi yang tegang saat ini berpotensi berkembang menjadi konflik yang lebih besar lagi.

 

Serangan Hizbullah di Utara Israel, Memperunyam Keadaan

Sebenarnya, ketika penembak dari Hamas dan pasukan keamanan Israel bertempur di selatan, organisasi radikal Lebanon, Hizbullah, juga terlibat pertempuran dengan pasukan Israel di perbatasan utara. Pada tanggal 8 Oktober 2023, Hizbullah mengeluarkan pernyataan, mengakui bertanggung jawab atas serangan roket di wilayah perbatasan utara Israel.

Hizbullah dianggap oleh Israel sebagai salah satu ancaman keamanan utama. Organisasi ini memiliki hubungan yang dekat dengan Hamas dan keduanya didukung oleh Iran. David Rigoulet-Roze, seorang ahli dari Institut Hubungan Internasional dan Studi Strategis Prancis (French Institute for International and Strategic Affairs), mengatakan kepada media France 24 bahwa risiko eskalasi konflik adalah nyata, terutama mengingat apa yang sedang terjadi di perbatasan utara Israel saat ini.Setelah serangan tersebut, Israel bersumpah akan membalas dengan keras.

Hussein Ibish, seorang ahli senior dari Institut Studi Negara Teluk Arab, mengatakan, "Jika Israel mengirim pasukan darat ke Gaza, atau mengambil tindakan keras lainnya, maka Hizbullah mungkin akan membuka front di Lebanon, dengan alasan bahwa mereka tidak punya pilihan lain selain membela Palestina."

Ibish menjelaskan, "Kita mungkin akan melihat Israel terlibat dalam perang di banyak front dengan berbagai organisasi perlawanan, di mana sebagian besar dari organisasi-organisasi tersebut berada di bawah pengaruh Iran."

 

Rekonsiliasi Israel – Arab Saudi Terdampak

Meskipun Hamas belum memberikan penjelasan yang jelas mengapa mereka memutuskan untuk melancarkan serangan, tetapi banyak ahli percaya bahwa serangan ini mungkin memiliki dampak yang signifikan terhadap hubungan antara Arab Saudi dengan Israel.

Sejak akhir September, kedua negara telah melakukan pembicaraan di bawah kepemimpinan Presiden AS, Joe Biden, dengan tujuan untuk menormalkan hubungan diplomatik. Arab Saudi mungkin akan mengakui keberadaan negara Israel sebagai pertukaran atas jaminan keamanan dari Amerika Serikat.

Pangeran Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, pada akhir bulan September dalam wawancaranya dengan Fox News memuji pembicaraan tersebut, mengatakan bahwa hubungan antara kedua negara menjadi semakin dekat setiap harinya untuk mencapai normalisasi.

Namun, dia juga menekankan bahwa perlakuan yang diterima oleh rakyat Palestina adalah isu penting yang harus diatasi.

Upaya untuk mempromosikan hubungan diplomatik antara Arab Saudi dengan Israel akan dilihat sebagai kemenangan diplomatik besar untuk Joe Biden menjelang pemilihan AS pada tahun 2024. Namun, dengan munculnya serangan oleh Hamas, maka jadwal pembicaraan yang diharapkan akan segera berlangsung mungkin dapat terpengaruh.

Hussein Ibish, mengatakan, "Menurut pandangan saya, Israel berada dalam situasi yang sulit."

Dia menjelaskan, tindakan balasan yang diambil oleh Israel mengartikan bahwa rakyat Palestina akan menderita lebih banyak lagi, dengan penguasaan Israel yang semakin meningkat, keterbatasan yang lebih, dan kebrutalan yang lebih tinggi.

Ibish menambahkan bahwa ini akan membuat Arab Saudi kesulitan untuk maju dalam negosiasi normalisasi hubungan dengan Israel.

 

Iran Dicurigai Mendanai Hamas
Untuk setiap kemungkinan normalisasi hubungan antara Arab Saudi dengan Israel, maka Iran, pendukung di belakang Hamas, Hizbullah, dan gerakan Jihad Islam Palestina telah menyampaikan kecamannya.

Iran merupakan salah satu negara pertama yang menyambut baik serangan oleh Hamas. Sementara itu, Israel menuduh Teheran telah menyediakan senjata dan intelijen kepada kelompok-kelompok bersenjata ini selama bertahun-tahun.

Meskipun terlalu dini untuk menentukan peran yang dimainkan oleh Iran dalam serangan ini, tetapi banyak ahli setuju bahwa Hamas mungkin mendapat dukungan dari Teheran.
Ahli urusan Timur Tengah dan Wakil Peneliti di Pusat Kebijakan Keamanan Jenewa, Karim Emile Bitar, berkata, "Saya sangat meragukan bahwa Hamas bisa mempersiapkan dan memutuskan untuk menyerang sendirian."

Bitar melanjutkan, "Menurut saya, dengan Arab Saudi dan Israel terus berupaya mendekati rekonsiliasi, Iran menjadi semakin cemas."

Ada kekhawatiran luas bahwa sekutu Iran, yaitu Hamas dan Hizbullah, saat ini sedang terlibat dalam pertempuran dengan Israel yang bisa berubah menjadi perang penuh. Ahli-ahli tetap waspada terhadap perkembangan yang tidak dapat diprediksi selanjutnya.

Namun, bagi Bitar, satu hal pasti. Ia menyimpulkan dengan mengatakan, "Melihat dari sejarah beberapa dekade terakhir, kita dapat berasumsi bahwa reaksi Israel pasti akan sangat dahsyat. Ini adalah awal dari perang yang mengerikan yang akan mengakibatkan ribuan korban."

Penyiar

Komentar