close
RTISISegera unduh Aplikasi ini
Mulai
:::

Part 2. Konflik Kepentingan Dua Negara Besar di Tengah Kudeta Niger

  • 25 August, 2023
Perspektif
Part 2. Konflik Kepentingan Dua Negara Besar di Tengah Kudeta Niger

(Taiwan, ROC) --- Media The Wall Street Journal mewartakan, Amerika Serikat sebelumnya belum menerima informasi perihal kudeta di Niger.

Amerika Serikat telah menghabiskan sekitar US$ 500 juta, untuk melatih dan memperlengkapi angkatan bersenjata Niger, terutama pasukan khusus mereka. Dan ironinya, tidak ada satu pun dari mereka yang turun tangan saat aksi kudeta terjadi.

 

Wilayah Sahel Menjadi Markas Terorisme

Taruhan di Niger dan wilayah Sahel menjadi sangat besar bagi Amerika Serikat dan bangsa Barat lainnya.

Wadah pemikir asal Australia, Institute for Economics and Peace menyusun Indeks Terorisme Global 2023 memperlihatkan bahwa wilayah Sahel telah menjadi pusat bagi terorisme.

Jumlah kematian akibat terorisme di seluruh dunia pada sepanjang tahun 2022 mencapai angka 6.701 orang, dan wilayah Sahel menyumbang proposisi 43%.

Yang perlu dicatat adalah, proporsi kematian akibat paham terorisme di Sahel pada tahun 2007 hanya berjumlah 1 % dari angka di dunia.

Di samping itu, empat negara NATO, yakni Amerika Serikat, Prancis, Italia dan Jerman, memiliki hampir 3.000 tentara yang ditempatkan di Niger. Setiap saat mereka harus berhadapan dengan risiko serius dari pasukan junta, apalagi hal tersebut kian diperumit dengan dukungan dari tentara bayaran Wagner.

Pangkalan pesawat tak berawak milik AS dibangun dengan menghabiskan biaya mencapai US$ 110 juta, yang dikhususkan untuk menargetkan pasukan jihad, juga tidak terlepas dari risiko yang ada.

Penerbangan di pangkalan bersangkutan juga sudah sepenuhnya ditangguhkan, sesaat setelah pemerintah militer Niger mengumumkan status zona larangan terbang bagi seluruh wilayah.

Kaya akan sumber daya alam, Niger adalah produsen uranium terbesar ketujuh di dunia, yang menjadi potensi utama bagi pembangkit nuklir.

Tantangan berikutnya adalah gelombang pengungsian akibat aksi kudeta yang ada. Diberitakan sudah ada 2,7 juta manusia yang memutuskan untuk menyelamatkan diri.

Kekhawatiran paling mendesak dari Amerika Serikat adalah pengaruh tentara Wagner di Benua Afrika dicemaskan akan meningkat secara signifikan.

 

Pangkalan Udara Drone dan Tambang Uranium

Amerika Serikat di lain pihak harus mengklarifikasi perihal apa yang akan dibawa tentara Wagner ke negara mana pun. Republik Afrika Tengah misalnya, pasukan tentara Wagner diketahui melakukan pengawasan khusus terhadap “referendum” pada akhir bulan Juli, yang kemudian memungkinkan Presiden Faustin-Archange Touadera menjabat seumur hidup.

Diplomasi yang hambar tidak mudah menuntaskan krisis yang ada. Namun, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken sejauh ini telah melakukan beberapa tindakan publik utamanya, salah satunya adalah melakukan panggilan telepon dengan Presiden Mohamed Bazoum, yang telah mengemban status tahanan rumah di kediaman presiden.

Meski AS telah mengambil langkah awal untuk melawan kudeta, misal dengan menangguhkan beberapa program bantuan, tetapi hal tersebut tidak sekuat dengan apa yang dilakukan Prancis.

Prancis yang adalah mantan penguasa kolonial dan pemain utama di wilayah Sahel, diketahui telang menangguhkan seluruh bantuannya ke negara Niger, Mali dan Burkina Faso.

David A. Andelman menyampaikan, AS perlu sedikit lebih aktif dan berbuat lebih banyak, misalnya adalah mendukung beberapa negara di Afrika Barat untuk mempertahankan kepemimpinan demokrasi mereka, serta menggulingkan junta militer dan mengembalikan pemerintahan terpilih,

AS dapat melakukan semua ini melalui retorika, atau mendukung finansial, persenjataan dan penyebaran intelijen.

Yang terpenting adalah, AS harus mencegah agar pangkalan pesawat drone dan tambang uranium di Niger tidak jatuh ke tangan Rusia. Presiden Mohamed Bazoum mungkin bukan mitra sempurna bagi bangsa Barat, tetapi di bawah pemerintahannya, nasib warga Niger sedikit lebih baik ketimbang di bawah cengkeraman rezim tentara bayaran Wagner.

Penyiar

Komentar