(Taiwan, ROC) --- Kudeta kini tengah melanda Niger, yakni sebuah negara yang terletak di Benua Afrika. Peristiwa kudeta yang terjadi pada tanggal 26 Juli 2023 tersebut, tentu bisa mempengaruhi arah dari kepemimpinan wilayah tersebut dalam beberapa tahun mendatang.
Pakar percaya, bahwa Amerika Serikat harus lebih pro aktif untuk mencegah terjadinya krisis yang lebih besar yang ditakutkan bisa melanda jantung Afrika secara cepat.
Kudeta Niger, Rusia Kian Gencar
Pada tanggal 26 Juli 2023, aksi kudeta pecah di Niger. Militer setempat berhasil menggulingkan Mohamed Bazoum, yang adalah seorang presiden yang dipilih langsung oleh warga Niger.
Presiden Mohamed Bazoum juga diketahui adalah sosok politisi yang memang lebih pro ke Amerika Serikat. Tidak heran jika Niger akhirnya menjadi tempat bagi Amerika Serikat dan Prancis untuk mempromosikan aksi melawan paham Jihadis.
Pihak AS percaya jika Rusia tidak terlibat dalam aksi kudeta di Niger. Meski demikian, otoritas Negeri Paman Sam segera mengumumkan bahwa mereka akan mengambil tindakan lebih lanjut, salah satunya adalah mengunggah postingan di media sosial berbahasa Prancis untuk mendukung aksi pengambilalihan kekuasaan militer saat ini.
Melalui salah satu kolom di CNN, komentator politik David A. Andelman menuliskan, wilayah Sahel di mana negara Niger berdiri adalah lokasi yang kaya akan bahan mentah, yang juga menjadi basis bagi kaum Jihadis untuk kawasan Timur Tengah. Pada saat yang sama, tempat ini juga adalah salah satu sumber kepentingan strategis negara Rusia.
Konflik dan perubahan kepemimpinan di negara Niger tentu sedikit banyak akan mempengaruhi arah pembangunan kawasan setempat untuk beberapa tahun mendatang.
Kudeta yang terjadi di Niger adalah salah satu tantangan terbaru bagi paham demokrasi di Benua Afrika. Hal ini juga seakan-akan menawarkan kepada Rusia sebuah kesempatan untuk kemudian memperluas cengkeramannya atas wilayah bersangkutan, dengan mengirimkan kelompok tentara bayaran Wagner.
Kemajuan tentara bayaran Wagner dipandang positif oleh Rusia, meski sempat terjadi ketegangan antara pemimpin Wagner, yakni Yevgeny Prigozhin dengan Presiden Rusia, Vladimir putin.
Sahel adalah wilayah yang memiliki luas sekitar hamper 1,2 juta mil persegi, dengan populasi mencapai lebih dari 80 juta. Intervensi tentara bayaran Wagner di wilayah Sahel sudah mencakup hingga ke Republik Afrika Tengah, Sudan dan diperluas hingga ke Burkina Faso.
Mengambil alih Niger berpotensi memberi Rusia kendali penuh atas wilayah Sahel.
Kemampuan Melawan Kudeta Militer Sangat Terbatas
Pada tanggal 30 Juli 2023, Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) merilis ultimatum kepada pemerintah militer Niger, meminta agar Presiden Mohamed Bazoum kembali ke kursi kepresidenan dalam waktu seminggu. Jika tidak, maka mereka akan berhadapan dengan intervensi koalisi militer.
Pemerintah militer Burkina Faso dan Mali, yang notabene adalah tetangga Niger, mendapat dukungan penuh dari tentara Wagner. Kedua pemerintah tersebut mengumumkan bahwa mereka akan berdiri bersama dengan tentara Niger untuk melawan aksi invasi yang terjadi.
Batas waktu terakhir adalah tanggal 6 Agustus 2023. Ancaman yang dilancarkan terbukti tidak masuk akal sama sekali. Sebagai pengganti intervensi militer, Presiden Nigeria, Bola Tinubu, menjanjikan tindakan diplomasi sebagai jalan penyelesaian terbaik.
Pada tanggal 10 Agustus 2023, ECOWAS mengumumkan akan membentuk “pasukan siaga”. Meski demikian, ECOWAS tetap menekankan kalau diplomasi adalah pilihan pertama untuk menuntaskan krisis yang ada.