(Taiwan, ROC) --- Editor senior di majalah The Atlantic, Ronald Brownstein menyampaikan, pertentangan antara pendukung dan penentang legalitas aborsi di AS bisa saja menciptakan konflik yang mungkin dapat mempengaruhi pemilu 2024.
Ia menambahkan, skala keributan yang akan terjadi mungkin dapat menyamai peristiwa yang terjadi pada November tahun lalu.
Aktivis dari sayap konservatif mengancam akan menekan kandidat presiden dari Partai Republik, bahkan mereka siap mengambil tindakan lebih keras.
Kepala organisasi anti aborsi, Students for Life of America, Kristan Hawkins menyampaikan, misi mereka adalah untuk memastikan bahwa persoalan aborsi adalah isu yang harus ditangani oleh setiap kandidat dari Partai Republik.
Majalah The Atlantic mewartakan, satu fakta jelas yang dihadapi oleh Partai Republik dalam perhelatan Pemilu Sela tahun 2022 silam adalah semua negara bagian utama di AS jelas menentang pembatasan terhadap legalitas aborsi. Dan hal ini serta-merta dapat mempengaruhi hasil pemilihan umum tahun 2024 mendatang.
Ketua Dewan Kebijakan Gender Gedung Putih, Jennifer Klein menyampaikan, pejabat Gedung Putih melihat akses penggunaan pil aborsi sebagai “medan pertempuran” berikutnya, terutama saat menggodok prosedural yang lebih luas. Ia juga menyarankan, agar Partai Republik mengambil pendekatan yang lebih komprehensif dalam merealisasikan upaya untuk membatas akses masyarakat dalam menggunakan pil aborsi.
Isu Kontroversial Nan Pelik
Meski demikian, isu aborsi tetap saja akan menjadi topik hangat bagi para kandidat untuk bersaing dalam pencalonan di dalam tubuh Partai Republik. Namun uniknya, para kandidat malah lebih memilih untuk menghindari masalah ini saat tengah kampanye.
Mantan Duta Besar AS untuk PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), Nikki Haley, yang saat ini juga mencalonkan diri sebagai kandidat dari Partai Republik menyampaikan, bahwa dirinya secara pribadi menentang legalitas aborsi. Meski demikian, dirinya juga tidak anti terhadap pihak yang memiliki pendapat berbeda.
Seiring memanasnya suasana pilpres AS 2024, dan proses gugatan “mifepristone” yang masih terus berjalan, maka aborsi masih akan menjadi isu pelik yang tidak bias dihindari oleh kandidat dari kedua partai.
Perusahaan jajak pendapat, Ipsos baru-baru ini merilis hasil survei yang memperlihatkan bahwa ada sekitar 68% warga AS yang mendukung kebijakan penggunaan “mifepristone” yang sudah ada, sedangkan 28% lainnya memiliki pandangan sebaliknya.
Untuk pendukung Partai Republik, maka suara mereka lebih terpecah, yakni 53% mendukung dan 46%
Setelah Mahkamah Agung AS memutuskan untuk mengakhiri jaminan konstitusional terhadap legalitas aborsi di AS, pendukung Partai Demokrat, terutama kaum muda beramai-ramai memberikan suara mereka dalam pemilu sela.
Pemerintahan Biden juga sudah menetapkan kalau hak aborsi bisa menjadi isu hangat bagi para pendukung mereka. Presiden Joe Biden sudah mengumumkan bahwa ia bersama dengan Wapres Kamala Harris akan terus mendukung seluruh bentuk jaminan perlindungan terhadap legalitas aborsi, yang mana ini juga menjadi salah satu poros utama dalam kampanyenya.