(Taiwan, ROC) --- Sekjen Partai Komunis Tiongkok yang juga adalah Pemimpin Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Xi Jin-ping telah memenangkan masa jabatan ketiganya yang sangat bersejarah. Ini juga menjadikan Xi Jin-ping sebagai orang yang paling berkuasa dengan kepemimpinan puncak untuk semua instansi kemiliteran setempat.
Analisis memperkirakan, misi yang akan dipromosikan oleh Xi Jin-ping kali ini adalah untuk memperkuat kontrol partai terhadap sektor bisnis dan masyarakat setempat. Dalam pidatonya, Xi Jin-ping untuk pertama kalinya mengutarakan bahwa “Keamanan Ekonomi” lebih penting dari “Pertumbuhan Ekonomi”.
Di bawah kepemimpinan Xi Jin-ping yang semakin diktator, maka kebijakan ekonomi yang dipromosikan akan semakin buruk, dan ini semua dilakukan semata-mata ingin menyaingi negara adikuasa, Amerika Serikat.
Xi Jin-ping Memerintah untuk Ketiga Kalinya
Tidak ada keraguan atau pertentangan sedikit pun saat Xi Jin-ping kembali terpilih sebagai Sekjen Partai Komunis untuk ketiga kalinya. Ini adalah momen bersejarah bagi Partai Komunis Tiongkok dan Pemimpin Xi Jin-ping.
Kemudian Xi Jin-ping pun mengumumkan tim kepemimpinannya, dan tidak ada satupun berasal dari faksi lain. Atau dengan kata lain, seluruh anggota utama dalam tim Xi Jin-ping kali ini adalah kroni-kroni terdekatnya.
Hal tersebut tentu saja membangkitkan ingatan banyak pihak, akan kediktatoran yang pernah diterapkan oleh Mao Ze-dong dahulu kala.
Media dan wadah pemikir asing menyampaikan, jalan menuju kediktatoran mutlak yang dilalui oleh Xi Jin-ping sebenarnya telah membuatnya harus berhadapan dengan lebih banyak tantangan pada masa mendatang.
Kampanya anti korupsi yang dipromosikan oleh Xi Jin-ping dalam satu dekade belakangan, telah membuat dirinya berhasil terpilih menjadi pemimpin Daratan Tiongkok. Hal ini juga serta-merta meningkatkan pamor, serta memuluskan karir politiknya dan meneruskan posisi pemimpin Tiongkok untuk ketiga kalinya.
Wadah pemikir Amerika Serikat, The Atlantic Council menerbitkan artikel singkat sebelum Kongres Partai Komunis ke – 20 digelar, yaitu pada tanggal 7 Oktober 2022. Dalam artikel tersebut, The Atlantic Council menjelaskan makna dari kepemimpinan ketiga Xi Jin-ping bagi komunitas dunia.
Artikel di atas juga menuliskan, Xi Jin-ping akan memperoleh apa yang ia inginkan selama ini. Dengan demikian, kebijakan Tiongkok di masa depan akan menjadi verifikasi terhadap penegasan prioritas Xi Jin-ping, baik secara ideologi maupun dampak yang dibawa di tingkat nasional.
Hal tersebut akan berdampak pada pengambilan kebijakan Tiongkok yang semakin bergantung pada keputusan satu orang. Atau dengan kata lain, “arah kebijakan Tiongkok menjadi tidak dapat diprediksi”.
Namun, jika ditelaah dari sisi yang berbeda, kekuatan yang absolut sering kali disangkutpautkan dengan tanggung jawab yang mutlak. Saat masalah semakin meningkat, para pakar mengingatkan bahwa akan semakin sedikit ruang bagi Xi Jin-ping untuk terhindar dari kesalahan.
“Musuh terbesar bagi pemerintahan jangka panjang Xi Jin-ping di Tiongkok adalah Xi Jin-ping sendiri,” tutur Steve Tang, Ketua Institut Ilmu Tiongkok di School of Oriental and African Studies, Universitas London, kepada media CNN.
Kesalahan mengambil keputusan akan mendatangkan malapetaka di Tiongkok, yang mana akan mengurai kekuatan cengkeraman kekuasaan Xi Jin-ping .
Hubungan Internasional yang Kian Tegang
Media asing juga menganalisis, selama 5 tahun mendatang, kekuasaan mutlak yang dipegang oleh Xi Jin-ping akan memperlihatkan situasi internasional yang kian tegang, serta kekhawatiran pelaku di sektor finansial dan teknologi akan semakin meningkat.