close
RTISISegera unduh Aplikasi ini
Mulai
:::

(Part 2) UU CHIPS Act, Reformasi Manufaktur AS

  • 09 September, 2022
Perspektif
(Part 2) UU CHIPS Act, Reformasi Manufaktur AS

(Taiwan, ROC) --- Oleh karena itu, dengan latar belakang geopolitik yang meningkat, membuat persaingan antar AS dengan RRT menjadi kian ketat. Apalagi di tengah datangnya wabah COVID-19, otoritas Washington mendapat tekanan yang lebih berat, terutama di sektor pertahanan dan keamanan ekonomi. Hal ini serta merta membuat AS berupaya maksimal untuk menghidupkan kembali manufaktur semikonduktor AS.

 

Nilai Subsidi Terlampau Kecil

Dana yang dialokasikan dalam RUU ini berjumlah US$ 280 miliar. Meski terlihat besar, tetapi hanya sekitar US$ 52 miliar yang digunakan untuk mensubsidi pemroduksian chip.

Angka di atas tidak sebanding dengan jumlah anggaran yang dialokasikan oleh negara-negara pemroduksi chip lainnya di dunia, missal Korea Selatan US$ 450 miliar, Tiongkok US$ 150 miliar, dan bahkan perusahaan TSMC (Taiwan Semiconductor Company) berencana mengucurkan dana sebesar US$ 100 miliar selama 3 tahun mendatang untuk memperluas kapasitas produksi.

Analisis lebih lanjut menyampaikan, meski industry chip AS menyumbang 47% dari total global, tetapi angka ini hanya berfokus pada desain chip atau menyediakan peralatan manufaktur. Apalagi sebagian besar perusahaan semikonduktor AS menerapkan metode “fabless foundry”, atau dengan kata lain meletakkan jalur produksi mereka di luar negeri.

Mekanisme seperti demikian telah menurunkan kapasitas produksi chip AS, dari yang awalnya 37% pada tahun 1990, kini hanya tersisa 12%. Dalam hal pengemasan dan pengujian semikonduktor, AS hanya menyumbang sekitar 5% dari pasar dunia, sedangkan untuk pasar perakitan PCB, AS menyumbang kurang dari 5%, sedangkan Tiongkok menyumbang lebih dari 50%.

Pada tanggal 9 Agustus 2022, situs web militer AS “Breaking Defense” mengutip pernyataan seorang sarjana dari “Potomac Institute”yang menyampaikan, “Jika hanya berfokus pada peningkatan kemampuan memproduksi chip dan tidak memperhatikan bagian pengemasan atau pengujian, maka AS masih akan bergantung pada pasokan chip luar negeri. Tanpa ada perencanaan investasi yang seimbang, dengan mempertimbangkan risiko dan manfaat dari setiap rantai pasokan, maka investasi AS hanya mampu bagi perusahaan per individu, bukan ekonomi secara keseluruhan atau pertahanan skala nasional.”

 

Manfaat UU CHIPS Act

Apakah penerapan CHIPS and Science Act akan berdampak bagi negara lain? Ketentuan dari UU ini mencakup perlindungan yang kemudian mencegah perusahaan yang mendapat subsidi dan insentif dari pemerintah AS untuk membangun pabrik semikonduktor mereka di Tiongkok.

Perusahaan pemroduksi chip asal Korea Selatan, Samsung dan SK Hynix mencatat, UU chip ini akan memperumit strategi investasi Tiongkok.

Namun demikian, CHIPS and Science Act tidak mungkin dapat mencegah perusahaan AS untuk terus mendirikan pabrik di Tiongkok, terutama untuk produksi offshore. Dalam debat yang berlangsung di Kongres, beberapa ketentuan terkait perdagangan yang terdapat dalam RUU juga telah dihapus, misal Undang-Undang Pertahanan Kemampuan Kritis Nasional (National Critical Capabilities Defense Act).

Untuk pertama kalinya, RUU tersebut menambahkan poin outbound foreign investment, terutama di negara-negara tertentu. Namun demikian, Kongres AS masih akan meninjau kembali perihal investasi asing pada musim gugur tahun ini.

Apakah CHIPS and Science Act adalah undang-undang yang hanya membuang-buang waktu dan uang atau sebuah katalisator yang efektif untuk mendorong inovasi dalam industri semikonduktor.

Seorang profesor ilmu politik di Universitas Indiana, Sarah Bauerle Danzman menulis di kolom Washington Post, “Semuanya bergantung kepada Departemen Perdagangan AS, yang memiliki kebijaksanaan besar atas program pendanaan dan manajemen proyek masa depan.”

Penyiar

Komentar