Ketika saya masih kecil, saya memiliki prestasi bagus tetapi dirinya sangat tertutup karena ekonomi keluarga sangat berkekurangan, tidak ada bedanya dengan keluarga miskin, dalam hati, rasa kesedihan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, membuat saya pesimis dan rendah diri. Kemudian saya bertemu dengan teman-teman yang lebih susah dari saya. Mereka adalah orang-orang tunarungu yang benar-benar tidak bisa berkata-kata. Di SMA, saya belajar bahasa isyarat agar saya bisa memahami bahasa teman-teman saya yang tunarungu. Meskipun saya kuliah jurusan hukum, saya memutuskan untuk menjadi "orang yang berbicara mewakili teman-teman saya yang tunarungu" dan menjadi penerjemah bahasa isyarat secara penuh waktu.
Sebenarnya, bahasa isyarat membantu saya lebih "memahami" diri saya sendiri. Ini seperti obor, menerangi rasa rendah diri yang pernah menghalangi pandangan saya dan menuntun saya untuk bergerak maju.
Saya adalah penerjemah bahasa isyarat pertama di Taiwan yang mengandalkan bahasa isyarat sebagai mata pencaharian saya, orang yang pertama kali tampil di TV dan menggunakan tangan dan mata saya untuk mengekspresikan "apa yang terjadi" kepada orang yang mengalami gangguan pendengaran dengan menggunakan bahasa isyarat. Tangan dan mataku bersamaan dengan perubahan ekspresi wajah, mulai dari ajang perayaan hari nasional, debat pemilihan presiden hingga konferensi pers kebijakan besar dari Yuan Eksekutif dan Yuan Legislatif, saya ada di sudut kecil dalam layar TV.