close
RTISISegera unduh Aplikasi ini
Mulai
:::

Reporter Muda Ep.9 - Kisah Usia 18 Tahun Cheng Chung-lung

  • 05 September, 2023
Reporter Muda

 

“Masa Usia 14 Tahun”, Cheng Chung-lung: “Saya hanya ke toilet, akan tetapi malah terjatuh ke dunia misterius”

Saat umurku 14 tahun, saat pertengahan tahun ajaran ketika kelasku berada di antara kelas A dan kelas B, sebelah kanan kelasku adalah kelas grup A, sebelah kiri adalah kelas grup B. Sejak SD, aku tergabung dalam grup tari, akan tetapi pada suatu hari saya ke wc di kelas grup b, mulai berteman dengan kelompok yang berbeda, lalu mulai belajar merokok, kemudian mengonsumsi narkoba, ikut tawuran, tertangkap polisi dan menjadi anak nakal dan menjalani rehabilitasi.

Bagi saya, masa-masa tersebut, seakan-akan memasuki dunia misterius

 

Tahun ini (2023) adalah peringatan Could Gate Dance Theater ke -50 tahun, 3 tahun yang lalu, Saya mengambil alih posisi Direktur Artistik Teater Tari Cloud Gate dari Guru Lin Hwai-min. Tidak lama kemudian, saya dihadapkan pada ujian berat dari pandemi COVID-19. Di saat yang sama, banyak orang yang penasaran dengan bagaimana saya dapat terus memimpin Teater Tari Cloud Gate mengingat pencapaian Guru Lin yang luar biasa. Faktanya, latar belakang pertumbuhan Guru Lin dan saya sangat berbeda dan tidak dapat dibandingkan. Yang bisa saya lakukan hanyalah terus membuat koreografi dengan cara saya sendiri, menggunakan tubuh saya untuk berbicara kepada penonton, dan membiarkan penonton merasakan kekuatan tari. Sama seperti ketika saya masih muda, saya pencandu narkoba dan tersesat, dan akhirnya membawa saya kembali ke jalan yang benar adalah sebagai penari

 

Menari, membuat saya bagaikan ikan dalam kolam

Saya mengikuti kelas menari mulai dari SD hingga perguruan tinggi, tetapi saya mengambil kelas menari ketika saya masih kecil semata-mata karena saya terlalu "hiperaktif". Ketika saya masih kecil, saya bertingkah seperti "pengrusak" kemanapun saya pergi, dan saya sering mendapat masalah. Contohnya, ketika aku pergi ke taman untuk bermain dengan alat pemintal, aku hampir kehilangan telingaku, ketika aku bermain air di tepi sungai, ibu jariku hampir terpotong oleh pecahan kaca dan suatu kali aku pergi ke sebuah salon kecantikan bersama ibuku, aku sedang bermain dengan pisau dan tanpa sengaja memotong sepotong daging, ibuku tidak peduli masih ada pengulung rambut di kepalanya dan buru-buru membawaku ke ICU rumah sakit , saat itu pendarahanku banyak sekali... Selama pertumbuhan saya, kecelakaan yang kualami disebabkan karena hiperaktif.

Beginilah selama saya di kelas 3 SD, selalu jatuh bangun. Saat sekolah mengeluarkan daftar dengan dua kotak yang digambar di atasnya, satu untuk kelas untuk murid berbakat dan satu lagi untuk kelas menari, dan semua orang diminta untuk mendaftar. Meski nilaiku lumayan bagus, aku masih ingat saat aku menggunting foto aku dan menempelkannya di bingkai kelas menari, aku menyerahkannya dan lulus ujian dengan sukses. Setelah ibu saya mengetahuinya, dia tidak hanya tidak keberatan, tetapi dia juga sangat setuju, dia mungkin berpikir bahwa menari dapat menghabiskan banyak energi saya!

 

 

Kehidupan di kelas menari, di mana saya tidak harus duduk di kelas sepanjang waktu, bagi saya bagaikan seekor ikan dalam kolam. Menari sebenarnya untuk mengungkapkan pikiran melalui tubuh, seperti halnya kelas adalah improvisasi, guru akan memberikan pertanyaan seperti ombak, angin, dan lain-lain, mari kita gunakan tubuh untuk berekspresi, saya akan berimajinasi dan bermain dengan tubuh, sebenarnya aku tidak tahu apa yang aku menari, tapi aku sangat senang.

Kalau dipikir-pikir, dalam perjalanan menari, sepertinya saya bisa menjadi protagonis tanpa terlalu banyak usaha. Saya sering menjadi orang yang menarik perhatian. Mungkin karena saya lebih tinggi dan memiliki kelebihan alami!

Beberapa orang tua mungkin keberatan jika anak laki-laki belajar menari, tetapi kelas saya sangat istimewa. Ada 9 anak laki-laki di kelas, dan mereka berbaris dengan sangat agresif pada satu waktu, dan kecil kemungkinannya untuk menarik perhatian orang lain. Tapi adik laki-laki saya tidak seberuntung itu. Dia juga mengikuti kelas menari, tapi tidak banyak laki-laki di kelasnya. Teman sekelas laki-laki lain sering menertawakannya sebagai waria. Penunjukan dan diskriminasi ini menempatkan dia dalam banyak tekanan. Ada banyak di SMP tidak ada kelas menari, di tengah-tengah saya pindah ke kelas regular.

 

Dunia kardus mendengarkan banyak suara, menciptakan karya “13 Nada”

Saya dan adik laki-laki saya belajar menari dan saya memiliki adik perempuan yang belajar piano dan musik vokal. Namun, orang tua saya tidak memiliki latar belakang seni atau pendidikan tinggi. Yang satu tidak tamat SD dan yang lainnya tidak tamat SMP. Meskipun demikian mereka tidak mengajarkan kami banyak pengetahuan, namun pendidikan mereka demokratis, serta mendukung kami dalam mengembangkan kepentingan kami. Ibu sangat sayang kepada kami, sulit diungkapkan dengan kata-kata, sesibuk apapun dia, dia akan bangun pagi setiap hari untuk membuatkan sarapan dan membantu kami membawakan bekal makan siang.

Orang tua saya membesarkan kami tiga anak dengan menjual sepatu di sebuah kios pinggir jalan di Wanhua (sebelumnya dikenal sebagai "Monga"). Ketika Lee Teng-hui menjadi walikota Taipei, suatu ketika ada kegiatan olahraga lari pagi, kemudian orangtua kami mengajak kami berjualan , menjajakan sepatu kain, ketika banyak pembeli, saya dan adik saya bermain di dalam kardus, di dalamnya ditaruh

beberapa mainan, sandal dan beberapa benda aneh di dalamnya. Jadi dunia saya pada masa itu adalah di dalam kotak kardus, dari kotak menghadap ke langit yang terlihat berbentuk persegi.

Aku sering menatap langit persegi di atas kepalaku dengan melamun, sambil mendengarkan berbagai suara yang datang dari jalanan, suara orang dewasa yang berbisnis dan berteriak, atau saling mengkritik, mengejek lalu aku diam-diam mulai mengarang cerita. Kuil, pasar, jalan di Manga yang penuh warna

 

Warna-warni kuil dan pasar di jalan Manga, gerak tubuh dan bahasa yang penuh semangat di pasar dan sudut selalu terpatri jelas di benak saya. Suatu saat sebelum saya memikirkan sebuah karya baru, saya sedang berbincang dengan ibu saya tentang hiruk pikuk kehidupan masa lalu di Menga. Ibu saya bercerita bahwa di jalanan Menga pada tahun 1960an, ada sebuah sosok legendaris atau roh yang sangat kuat bernama "she san sheng (arti harafiah adalah 13 nada)" , yang bisa jadi laki-laki atau perempuan. Seorang wanita dengan suara muda dan suara tua, kemudian dikompilasikan menjadi pertunjukan yang bagus untuk dipertontonkan. Saya juga menciptakan " 13 Nada " berdasarkan kisah yang diceritakan oleh ibu saya, di satu sisi juga berharap agar kenangan hidup generasi orang tua dapat diwariskan melalui tari.

 

 

Menjadi pemeran utama kasus Anfetamin di sekolah

Setelah masuk SMP, saat itu, di sebelah kanan kelas saya ada gruop kelas A, dan di sebelah kiri ada deretan kelas B. Kelas menari berada tepat di tengah, ada sekitar 20 siswa di kelas itu dan hanya tersisa 4 anak laki-laki.

 

Karena toilet berada di seberang kelas B, secara alami saya menjadi lebih akrab dengan siswa di kelas B. Kami sering nongkrong di toilet, bermain dan ngobrol dan ketika kami bersama mereka, kami menjadi kurang terkendali dalam bersikap. Lalu saya juga belajar merokok dan saya mulai menghisap beberapa jenis rokok bahkan amfetamin. Lambat laun, aku mulai membolos, memanjat pagar, kadang pergi ke biliar. Saat itu, saya belum mengetahui tindakan ini sangat buruk dan serius, saya hanya menganggapnya sangat menyenangkan, seperti ada dunia misterius yang menunggu untuk saya jelajahi.

Ketika saya naik kelas dari kelas 2 naik ke kelas 3, mulai mempersiapkan diri untuk kelulusan, saya dan beberapa teman berencana untuk membawa beberapa "barang selundupan" ke sana. Kami pergi ke rumahnya untuk mengambil barang itu, setelah memasuki pintu, aku ditabrak oleh beberapa pria kekar. Mereka menemukan sepotong aluminium foil di dompetku dan segera mengantarku ke dalam mobil van hitam. Ketika pintu dibuka, semua teman-temanku ada di dalamnya. Ada orang yang tanpa ekspresi, ada yang berkaca-kaca dan saya juga yang menangis. Baru kemudian saya menyadari bahwa semua ini terjadi begitu tiba-tiba, bukankah saya sedang bermain-main? Kenapa tiba-tiba menjadi nyata? Hal-hal menyenangkan dan petualangan seru antar saudara tiba-tiba berubah menjadi kenyataan yang kejam dan menakutkan.

Van tersebut membawa kami ke preman anak muda di dekat Pasar Malam Ningxia, yang bangunannya sekarang menjadi monumen. Saya ingat mobil itu masuk melalui sebuah gapura, dan satu per satu kami dibawa dan masing-masing diinterogasi. Saya menangis dan mengatakan kepada polisi, tolong jangan beri tahu orang tua saya...

Berita penangkapan kami dimuat di surat kabar keesokan harinya, dengan judul besar bertuliskan "Amfetamin Ditemukan di Kalangan SMP" dan "Siswa SMP Konsumsi Amfetamin, Cheng X Long". Saya ingat baru pertama kali ada laporan ditemukan narkoba ke SMP di Taiwan, menghebohkan seluruh masyarakat. Ternyata pada saat semua orang menggila di pasar saham, siswa kita malah terpuruk dalam obat-obatan. Saya selalu menjadi "protagonis" dalam tarian, tapi kali ini saya menjadi "protagonis" dalam berita sosial.

 

Kondisi di Panti Perawatan Pasien Lumpuh

Setelah ditangkap karena mengonsumsi narkoba, saya dijatuhi hukuman 3 tahun, menjalani rehabilitasi karena saya masih di bawah umur orang dewasa. Meskipun Saya mengikuti kelas menari seperti biasa, tetapi saya harus melapor ke pengadilan setiap hari Sabtu dan Minggu, mendengarkan ceramah yang membosankan sepanjang hari, dan menulis laporan tentang pengalaman saya. Untungnya, pada saat itu, saya bertemu dengan seorang pengasuh yang sangat baik yang juga merupakan dewa penolong dalam hidup saya── dia bernama Lu Suwei. Dia mengupayakan supaya kami berkesempatan mendengarkan ceramah yang membosankan, kami melayani penghuni pusat perawatan pasien lumpuh, panti asuhan, panti perawatan orang jompo.

 

Biasanya aku adalah penari, dan aku hanya mengangkat kakiku dan semua orang tertawa seolah-olah aku adalah binatang yang eksotik. Saya juga senang menggunakan bahasa tubuh saya yang baik untuk bergaul dengan semua orang.

Saya ingat melihat seorang warga di Yayasan Kesejahteraan Sosial Genesis, ketika muda sudah bekerja dan tertimpa musibah tersentrum listrik sehingga koma. Ada jendela di samping tempat tidurnya, dan dia dapat melihat atap Stasiun Utama Taipei. Sambil membantunya membalikkan badan, saya memikirkan nasibnya. Dia telah terbaring di sana selama lebih dari 10 atau 20 tahun, tidak dapat bergerak atau berbicara , dan saya ahli dalam hal itu. Bagaimana Anda bisa membiarkan hidup Anda berlalu begitu saja di sini? situasi itu sangat menyentuh hati saya, dan bertahun-tahun kemudian, saya akan sering kembali ke momen ini dan situasi ini.

Kemudian, aku tidak pernah masuk kelas B lagi, dan teman-teman tersebut benar-benar terputus dari hidupku. Sekolah sepertinya telah memasang pagar tak kasat mata sehingga aku tidak akan pernah bertemu dengan mantan teman-teman baikku. Saya tidak ingat lagi seperti apa rupa mereka, tapi terkadang saya bertanya-tanya apakah mereka baik-baik saja sekarang.

Saya tidak yakin seberapa besar dampak pengalaman ini terhadap saya, tetapi untuk pertunjukan tari kelulusan tahun pertama saya, saya berinisiatif untuk mencari koreografi. Di babak pertama, saya merancang beberapa gerakan yang sulit dipahami, menampilkan gambar rasa sakit dan perjuangan, dan soundtracknya juga Lebih abstrak. Pada bagian tertentu, gerakannya menjadi lebih berlebihan, dan gaya soundtracknya juga berubah. Saya memilih lagu “Dashing Youth Man” yang dinyanyikan oleh Lin Giong. Ketika musik dimulai, seluruh penonton di Pusat Kebudayaan Banqiao terpukau, mereka bersorak dan bertepuk tangan. Kondisi bagaikan klimaks dari kembalinya anak yang hilang, sebuah momen yang patut dirayakan!

Pada saat itu, saya benar-benar merasakan kepuasan yang diberikan oleh tarian kepada saya. Saya menyukai panggung, saya juga menyukai tepuk tangan, dan saya mendambakan perhatian. Kenakalan masa muda dan keseharian nongkrong di jalanan bersama saudara-saudara berangsur-angsur memudar dan berubah menjadi latar belakang panggung.

 

Cedera di punggung, dari penari berubah menjadi koreografer

Di sekolah menengah, saya belajar di jurusan tari Sekolah Seni Huagang. Setelah lulus, saya diterima di sekolah malam jurusan tari Universitas Seni Nasional Taiwan. Pada saat ini, saya bertemu dengan orang mulia lainnya dalam hidup saya, yaitu mendiang penari Cloud Gate Luo Man-fei. Dia tahu bahwa saya menyukai koreografi, mendorong saya untuk mengikuti ujian dan pindah ke Universitas Seni Taipei. Namun, di tahun terakhir kuliah saya, saya mengalami kebingungan lagi. Saya tidak tahu mengapa saya ingin belajar menari, dan saya kecanduan warung internet sepanjang hari. Saya memutuskan untuk putus sekolah dan terlebih dahulu ikut wamil. Karena saya sering merasakan ngilu di sekujur tubuh lalu, saya ke rumah sakit untuk di rontgen. Kata dokter, lengkungan tulang belakang saya mengalami retak yang tidak kecil. Mungkin karena saya jarang melakukan pemanasan sebelum menari di masa lalu.

 

Saya menjalani operasi untuk memulihkan punggung saya. Setelah operasi, saya mengenakan setelan besi dan berbaring di rumah selama beberapa bulan. Ayah saya awalnya berharap saya melanjutkan bisnis penjualan sepatu dan berhenti menari, namun ternyata saya masih memiliki hasrat untuk menari dan berusaha keras meyakinkan dia untuk mengizinkan saya kembali ke universitas seni untuk menyelesaikan tahun terakhir saya.

 

Setelah lulus, satu-satunya grup tari profesional di Taiwan yang mampu membayar para penarinya adalah Cloud Gate Dance Theater. Maka, untuk meyakinkan ayah, saya memutuskan untuk mengikuti ujian, dan saya lulus ujian dengan sukses. Empat tahun di Yunmen sangat berpengaruh. Dulu saya tidak suka membaca, tapi setiap kali Yunmen tampil di luar negeri, saya selalu membawa sekotak penuh buku untuk dibaca. Selain itu, saya sering tampil keliling dunia. Pengalaman ini memperluas wawasan saya dan pertumbuhan batin saya.

 

Namun, setelah 4 tahun, saya merasa tulang belakang saya yang cedera tidak memungkinkan saya untuk terus menari, jadi saya tidak punya pilihan selain meninggalkan Cloud Gate. Namun saya masih terus menapaki dunia tari, menciptakan dan membuat koreografi sendiri, dan mengerjakan beberapa proyek. Saat itu, Guru Luo Manfei adalah direktur artistik Cloud Gate 2 dan mengundang saya untuk membuat koreografi. Saat tarian itu dibawakan, seperti "Dashing Youth Man”, direspons dengan antusias dan meraih,sehingga saya kembali ke Could Gate 2 memulai berkoreografi, bahkan ikut berkompetisi ke luar negeri hingga sekarang.

 

 

Bisa Menari Menjadi Bakat Yang Menyenangkan

Tidak lama setelah saya mengambil alih sebagai direktur artistik Cloud Gate, tidak lama pandemi COVID-19 melanda dunia, saat terburuk dalam negeri memberlakukan pembatasan siaga level 3, melarang warga berkumpul,

Saya dan para penari hanya bisa mengajar dan berlatih menari dari jarak jauh melalui video. Perubahan ini membuat saya banyak berpikir, dan saya sangat merasakan bahwa bersin di kejauhan juga akan berpengaruh dan diwajibkan melakukan pemeriksaan rapid test, masih ada perang di belahan bumi lain juga akan memengaruhi makanan kita. Sebenarnya peristiwa yang terjadi di dunia terdapat keterkaitan, bagaikan energi tak terwujud yang tersebar meluas dan saling memengaruhi. Selain karya “Waves” yang saya ciptakan, seakan-akan berjiwa muda yang liar dan bebas, begitu banyak hal yang terjadi begitu saja, tanpa ada alasan yang jelas karena nasib atau karakter diri, “waves” yang tidak berwujud membuat saya menghadapi pilihan jalan, yang menuntun saya keluar dari jalan sesat, menemukan keahlian dan hal yang paling aku sukai, yakni menari.

 

Orang-orang sering bertanya padaku, perjalanan menari begitu sulit lagipula aku dalam kondisi cedera, mengapa aku ingin bertahan? Jawabannya sebenarnya sangat sederhana, selain menari, saya tidak tahu banyak tentang hal lain. Menurut saya tubuh adalah anugerah terbaik yang Tuhan berikan kepada kita, dan bisa menari adalah bakat yang sangat membahagiakan, karena kita tidak membutuhkan benda-benda luar untuk menciptakan banyak kemungkinan.Tarian sebenarnya adalah perwujudan hakikat kehidupan.

Saya selalu memiliki keinginan yang kuat, seperti "Dashing Youth Man" yang dikompilasi pada saat SMP kelas 3. Saat musik diputar, semua orang bersemangat. Respon antusias menjadi motivasi yang menginspirasi saya untuk melanjutkan untuk berkoreografi dan berkreasi, inilah hal yang saya utamakan, saya tidak mau yang lain.

 

 

Penyiar

Komentar