Atlit yang di pertanyakan kemenangannya ( Part 2 )
~ kontroversi kemenangan Lia
Uniknya, di lain dari semua prestasi yang pernah di peroleh lia bahwa dirinya adalah seorang atlit yang bertanding di laga renang pria selama 3 tahun lamanya dengan nama Will Thomas. Sebelum dirinya mengambil keputusan bahwa dirinya memutuskan untuk menjadi seorang transgender ( dulu pria dan sekarang wanita dengan pendekatan medis ) dan mendaftarkan untuk menjadi atlit renang yang siap bertanding dalam kategori renang wanita, NCAA telah mengetuk palu bahwa permohonan ini lolos verifikasi dan berhak masuk ke dalam kompetisi renang wanita yang akan di gelar pada tanggal 17 Maret 2022 pada kejuaraan NCAA AS dalam kategori renang gaya bebas 500 Meter.
Thomas menang telak di kejuaraan renang perempuan NCAA dengan rekor yang mengejutkan, dirinya menjadi orang pertama yang menyentuh garis finish dalam gaya bebas sprint 500 Meter dalam rekor tercepat yaitu 4 menit 33.24 detik. dimana peringkat ke 2 di susul oleh Emma Weyant dengan 4 menit 34.99 detik.
Mengutip dari Tempo.co lantas kemenangan ini menuai debat publik, kontroversi yang tak henti, sekelompok pengunjuk rasa yang berkumpul di luar gedung Georgia Tech AS ( tempat pertandingan ini di selengarakan ) ada beberapa demonstran yang membawa spanduk dengan bertuliskan “ selamatkan Olahraga Perempuan “.
Dalam sebuah Podcast yang bernama Crain & Company, host dari podcast ini Jake Craine turut mengundang nama besar dari perenang regu perempuan yang bernama Riley Gaines yang turut menuangkan rasa kecewa atas keputusan yang di ambil oleh NCAA terhadap Lia Thomas, pasalnya mengapa seorang yang terlahir sebagai seorang pria secara biologis dapat ikut serta ke dalam pertandingan nasional wanita, dengan bentuk tubuh dan kemampuan fisik yang tentunya sangat berbeda. terlebih Lia yang lebih di kenal sebagai Will Thomas sudah pernah menjadi seorang perenang profesional pria selama 3 tahun di bawah asosiasi cabang olahraga yang sama. apakah parameter dan persepsi terhadap seorang wanita oleh NCAA seperti ini ujar Jake Crain. di lansir dari laman media Matt Walsh yang turut menjabarkan bahwa Lia Thomas memiliki seorang kekasih yang juga seorang transgender, dimana Gwen Weiskopf adalah seorang yang terlahir sebagai seorang pria dan menggunakan akses Go Fund Me untuk projek medis dalam merubah dirinya menjadi seorang wanita.
Kembali ke dalam fokus terkait pria yang bertransformasi untuk menjadi seorang wanita dan bertanding di dalam regu yang sama dalam ajang olahraga yang sama. banyak pendapat terkait hal ini, terlebih dalam ajang olahraga yang membutuhkan stamina dan kontak fisik yang tinggi, misal : bela diri campuran seperti UFC, MMA, seperti Fallon Fox yang terlahir sebagai seorang pria dan mengambil keputusan untuk menjadi seorang atlit bela diri wanita.
Atlit angkat besi asal New Zealand yang turut serta dalam pertandingan dunia pada Olympic, Laurel Hubbard yang dengan mudahnya meraih prestasi. masih banyak lagi atlit yang memiliki latar belakang yang sama, apakah di perlukan sebuah kategori baru dalam cabang olahraga yang sama, di karenakan 1 dan lain faktor antara lain adalah bentuk tubuh dan massa otot yang sangat berbeda dari wanita dan perempuan menjadikan garis terdepan pembela hak para atlit perempuan turut ikut andil dalam menyuarakan hal ini.
Sebetulnya perdebatan ini masih terus berlanjut hingga hari ini, apakah harus meng-ikutsertakan komunitas transgender ke dalam ajang olahraga nasional maupun internasional. nyatanya dari kacamata identitas gender yang ada pada jaman sekarang, nampaknya tidak hanya berpatok pada 2 jenis kelamin yang sudah ribuan tahun kita kenal, yaitu Pria dan Wanita.
Di lansir dari artikel Forbes dalam tulisan “ A Fair and Inclusive Solution for Transgender Women in Sports” yang menawarkan opsi ke 3 bagi dilema ini, dimana kaum transgender sudah memiliki cara berfikir yang sudah melampaui perspektif khalayak umum terkait kategori biologis baik pria dan wanita. secara fakta bahwa wanita trans di lahirkan dengan tubuh pria secara biologis yang berarti sudah menjalani perubahan secara hormonal dan mengambil tindakan medis untuk bertransformasi untuk menjadi seorang wanita. tidak cocok dalam kategori seorang perempuan ataupun seorang laki-laki secara biologis. dalam konteks olahraga, kategori ini sangat penting. walhasil kebijakan dan regulasinya tidak boleh di ambil secara binari, di butuhkan solusi yang jauh lebih kreatif.
Persaingan yang adil adalah alasan mengapa olahraga di semua cabang di bagi, begitupun olahraga wanita juga di ciptakan terpisah. dalam olahraga kompetitif, adalah sebuah tes fisik bagi para pesertanya. dalam konteks ini pria yang sudah melewati fase pubertas memiliki keunggulan yang lebih signifikan, misal : massa otot dan stamina. dalam masa puber inilah anak laki-laki akan mengembangkan tulang yang lebih kuat dan padat, jaringan otot yang lebih besar, kapasitas paru-paru yang lebih besar dari wanita yang mengalami fase puber.
Hal ini sudah di ciptakan secara natural dan biologis, 2 fase pubertas bagi jenis kelamin yang berbeda yang di tujukan untuk tujuan yang berbeda pada hasil reproduksi dan perihal terkait keturunan manusia. perbedaan inilah yang memberikan pria keunggulan kinerja yang berkisar 8~50%. inilah sebabnya kotak tee yang berbeda antar golf pria dan wanita, jarak 3 poin dalam bola basket yang berbeda antar lapangan basket pria dan wanita, tinggi jaring yang berbeda antar pertandingan bola voli pria dan wanita, dan ketinggian rintangan yang berbeda di trek cabang olahraga olimpik, DLL.
“ Apa yang adil itu adil!”. sebuah cuitan dari pentolan aktivis komunitas Trans Caitlin Jenner, yang memuji sebuah keputusan yang di rilis oleh Badan Renang Dunia ( FINA ) untuk melarang para atlit yang telah melewati pubertas pria dari kompetisi wanita. jadi intinya adalah jika seorang atlit ini sudah mengalami pubertas pria, anda tidak dapat mengambil medali dari cabang olahraga wanita. kira-kira seperti itulah pernyataan dari seorang pemenang medali emas di cabang dasalomba pria di Olimpiade pada tahun 1976.
Pantau terus yows..