(Taiwan, ROC) --- Otoritas Republik Rakyat Tiongkok (RRT) semenjak tahun lalu mulai memberlakukan larangan impor bagi produk buah-buahan Taiwan, misal nanas, jambu dan atemoya. Larangan tersebut tentu berdampak bagi hasil ekspor produk pertanian dalam negeri. Menilik dari data statistik yang dirilis oleh Kementerian Keuangan (MOF), nilai ekspor dari ketiga buah di atas menurun sebanyak 80% hingga 90% untuk periode tahun 2022.
Pihak luar mempertanyakan kebijakan subsidi Dewan Pertanian (COA) bernilai NT$ 1 miliar tidak tepat sasaran. Menanggapi tudingan tersebut, Ketua COA – Chen Chi-chung (陳吉仲) menekankan, bahwa nilai penjualan dari produk pertanian masih berada di kisaran normal.
Selain itu, krisis Ukraina dengan Rusia yang masih memanas diprediksi akan mengurangi pasokan makanan dunia. Hal tersebut dicemaskan dapat membuat harga produk pertanian melambung tinggi. Menjawab kekhawatiran tersebut, Chen Ching-chung menjamin bahwa harga produk peternakan untuk sementara tidak akan mengalami kenaikan.
Anggota legislator dari Partai Kuomintang (KMT) terlibat perdebatan sengit dengan Ketua COA – Chen Chi-chung perihal langkanya produk ayam broiler. Krisis Rusia – Ukraina dicemaskan akan berdampak pada stok makanan dunia, sehingga mengakibatkan harga berfluktuasi. Bukan tidak mungkin, peristiwa yang terjadi di dunia saat ini juga akan mempengaruhi harga susu dalam negeri.
Ketua COA – Chen Chi-chung mengatakan, “COA akan berdasar pada permintaan Yuan Eksekutif dalam 6 bulan mendatang dijamin seluruh pasokan produk makanan ini dipastikan tercukupi. Perihal harga, kami akan menggunakan berbagai cara misal kebijakan untuk menstabilkan. Selama harga produk pakan ternak stabil, maka harga produk peternakan dan perikanan juga akan stabil.”
Otoritas RRT secara sepihak menutup impor produk pangan Taiwan pada tahun 2021. Produk yang mendapat pembatasan meliputi nanas, jambu dan atemoya. Menanggapi hal tersebut, COA pada tahun lalu menganggarkan dana sebesar NT$ 1 miliar, guna menyelamatkan pasar. Namun, menurut data statistik dari Kementerian Keuangan (MOF), jumlah ekspor dari ketiga produk pertanian tersebut pada tahun 2022 mengalami penurunan sebanyak 80% hingga 90%.
Di lain pihak. Chen Chi-chung menyampaikan bahwa dirinya percaya bahwa ekspor untuk tahun 2022 diprediksi dapat mencetak angka yang positif.
Namun, COA juga mengakui, meski nilai produk ekspor ke luar negeri positif, tetapi larangan yang diberlakukan oleh RRT akan berdampak besar. Jika kinerja ekspor ingin kembali ke tahun-tahun sebelumnya, maka dirasa masih membutuhkan waktu yang panjang.