(Taiwan, ROC) --- Mantan Presiden Amerika, Donald Trump, sekali lagi meraih kemenangan dalam pemilihan pendahuluan Partai Republik di New Hampshire pada tanggal 23 Januari 2024, menunjukkan dominasinya yang luar biasa.
Kemenangan ini semakin memperkuat peluangnya untuk kembali berhadapan dengan Presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, dalam pemilu presiden seperti pada tahun 2020 sebelumnya.
Di lain pihak, Kanada telah secara terbuka menyatakan kekhawatirannya terhadap kemungkinan kembalinya Donald Trump, memprediksi masa depan yang penuh tantangan.
Gaya yang Tak Terbendung Donald Trump, Kembali Memenangkan Pemilihan Pendahuluan
Dalam upayanya untuk mendapatkan nominasi presiden dari Partai Republik, Donald Trump terus menunjukkan keunggulannya. Setelah kemenangan awal di pemilihan pendahuluan Iowa pada 15 Januari 2024, ia kembali meraih kemenangan besar di New Hampshire, mengalahkan lawannya dari partai sendiri, yakni mantan Duta Besar untuk PBB, Nikki Haley.
Donald Trump kini dianggap sebagai kandidat terkuat Partai Republik yang akan berlaga melawan Presiden Joe Biden dari Partai Demokrat, dalam pemilu bulan November 2024, mengulang persaingan ketat di tahun 2020.
Seluruh dunia dengan cermat mengamati potensi kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih, seorang tokoh yang dikenal sebagai isolationis dan sulit diprediksi.
Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, telah mengakui bahwa Donald Trump memiliki 'tingkat ketidakpastian yang signifikan' dan secara terbuka mengungkapkan pandangannya tentang kemungkinan era Trump 2.0 sebagai 'langkah mundur', yang akan berdampak buruk bagi Kanada. Ia juga memprediksi bahwa masa yang akan datang tidak akan mudah.
Justin Trudeau juga menunjuk dua anggota kabinetnya untuk memimpin strategi baru 'Team Canada', memastikan Kanada siap menghadapi segala kemungkinan hasil dari pemilu presiden AS tahun 2024.
Donald Trump Tidak Menguntungkan bagi Kanada dan Juga bagi Dunia
Pemimpin Partai New Democrat Kanada, Jagmeet Singh, memiliki pandangan yang lebih pesimis. Dia secara terbuka menyatakan bahwa kemenangan Trump tidak hanya merugikan bagi Kanada, tetapi juga bagi dunia.
Singh menggambarkan Trump sebagai seorang narsisis yang mencari balas dendam terhadap lawan politiknya, menekankan bahwa Trump hidup dalam dunianya sendiri.
Menurut Singh, tindakan dan ucapan Trump, serta kepribadiannya, tidak ada bandingannya dengan orang lain, dan dampaknya terhadap demokrasi, masyarakat, dan planet ini sangat buruk.
Media utama Kanada, "National Post", mewartakan bahwa meskipun kemenangan Donald Trump telah diprediksi, tetapi kenaikan pangkatnya adalah fenomena yang unik.
Dominasi Donald Trump juga menunjukkan bahwa Partai Republik saat ini sepenuhnya dipengaruhi oleh mantan presiden yang telah dua kali menghadapi penyelidikan pemakzulan tersebut.
Meskipun menghadapi empat tuduhan kriminal dan terlibat dalam sengketa hukum yang serius, tetapi Donald Trump tampaknya tidak peduli dengan persoalan hukum ini.
Justin Trudeau Berjuang untuk Pemilihan Ulang, Menghadapi Tantangan Kuat dari 'Trump Utara'
Kanada harus mengadakan pemilihan umum berikutnya, paling lambat pada Oktober 2025, dan Justin Trudeau telah berjanji pada tahun lalu untuk bertarung dalam pemilihan tersebut demi mempertahankan jabatannya.
"National Post" menunjukkan bahwa partai yang dipimpin Justin Trudeau, Liberal Party, terus membandingkan Trump dengan rival utamanya, yakni pemimpin Partai Konservatif Kanada, Pierre Poilievre. Mereka menekankan bahwa Partai Konservatif sedang menerapkan politik ala Amerika dan menggunakan strategi 'Make America Great Again' (MAGA) Trump, dengan Poilievre mewakili 'Trump Utara'.
Dalam beberapa bulan terakhir, Justin Trudeau terus tertinggal dalam jajak pendapat. Dia menekankan bahwa Pierre Poilievre sedang mengadopsi gaya kampanye Trump.
Karena isu aborsi dan hak transgender masih menjadi topik panas dalam politik AS, maka Justin Trudeau mencoba mengaitkan kedua isu ini dengan Pierre Poilievre, mengisyaratkan bahwa Partai Konservatif Kanada mungkin akan mengikuti langkah AS dalam hal hak-hak dasar ini.
Justin Trudeau menyatakan bahwa banyak orang mungkin berpikir hal ini tidak akan terjadi di Kanada.
Trump Kembali 4 Tahun, Demokrasi Amerika Terancam Putus?
Pernyataan ini mungkin akan memperburuk hubungan pribadi yang sudah tegang antara Trump dan Trudeau, dimana Trump sebelumnya telah mendeskripsikan pemimpin Kanada itu sebagai 'dua muka' dan 'sangat tidak jujur serta lemah'.
"National Post" mengutip jajak pendapat dari Angus Reid Institute bulan Januari, yang menunjukkan bahwa 64% dari 1.510 responden Kanada setuju dengan pernyataan bahwa 'demokrasi Amerika tidak akan bisa bertahan jika Trump kembali berkuasa selama 4 tahun lagi', sementara hanya 28% yang tidak setuju.
Selain itu, lebih dari setengah (53%) responden berpendapat bahwa kemenangan Biden lebih menguntungkan untuk ekonomi Kanada, dan 49% menyatakan bahwa Amerika Serikat sedang berubah menjadi negara otoriter.
Menurut laporan Financial Times, Kanada bukan satu-satunya negara yang khawatir tentang kemungkinan kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih. Bagi sekutu terdekat Amerika, termasuk Eropa, Jepang, Korea Selatan, dan Australia prospek terpilihnya kembali Donald Trump menimbulkan kecemasan besar.
Ini karena Trump, yang mungkin mewakili Partai Republik, sudah menyebutkan tentang mengurangi aktivitas militer AS di luar negeri, dan akan menghentikan dukungan untuk Ukraina, serta memotong komitmen AS terhadap NATO dan pertahanan Eropa.
Tidak Semua Pemimpin Dunia Khawatir
Namun, Financial Times juga mencatat bahwa tidak semua pemimpin dunia khawatir tentang kemungkinan Donald Trump kembali berkuasa. Selain pemimpin seperti Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orban, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, banyak negara berkekuatan menengah, terutama negara berkembang, yang setidaknya berharap agar Donald Trump terpilih kembali.
Sebagai contoh, beberapa pejabat di Asia Tenggara menyatakan bahwa berurusan dengan Donald Trump yang berorientasi pada 'transaksi' mungkin lebih mudah daripada berurusan dengan Joe Biden yang lebih 'strategis'.