(Taiwan, ROC) --- Arab Saudi baru-baru ini telah diumumkan sebagai tuan rumah Piala Dunia FIFA untuk periode 2034. Negara ini telah berinvestasi secara signifikan dalam bidang olahraga dalam beberapa tahun terakhir. Terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia akan menjadi tonggak penting berikutnya bagi Arab Saudi.
Tanpa Kompetisi, Saudi Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia 2034
Sebelum tenggat waktu pendaftaran tuan rumah Piala Dunia yang berakhir pada 31 Oktober 2023, Australia yang satu-satunya pesaing potensial Arab Saudi, tiba-tiba memutuskan untuk mundur.
FIFA mengumumkan lebih awal bahwa Arab Saudi memperoleh hak sebagai tuan rumah dalam perhelatan Piala Dunia FIFA 2034. Ini merupakan pencapaian besar bagi Arab Saudi, menyusul serangkaian acara olahraga berikutnya yang telah menarik perhatian banyak pihak.
Para aktivis hak asasi manusia menuduh Arab Saudi menggunakan olahraga untuk mengalihkan perhatian dari masalah HAM yang menjerat mereka, atau yang dikenal sebagai 'sportswashing'. Namun demikian, investasi besar-besaran negara ini dalam bidang olahraga telah lama mengindikasikan kemungkinan yang selama ini dituduhkan kepada mereka.
Di lain pihak, Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan citra mereka, dengan menarik para wisatawan dan investor. Dengan demikian, mendiversifikasi sumber ekonomi mereka, agar tidak terlalu bergantung pada pendapatan minyak.
Dalam konteks ini, Arab Saudi juga telah menjadi peserta utama dalam beberapa event olahraga.
Misalnya dalam olahraga musim dingin, meskipun Arab Saudi adalah negara yang didominasi oleh gurun dengan suhu musim panas yang mencapai 50C, tetapi negara ini terpilih sebagai tuan rumah kegiatan Asian Winter Games 2029.
Dari Asian Winter Games Hingga ke F1: Komitmen Saudi dalam Olahraga
Keputusan ini menimbulkan kecaman dari para aktivis lingkungan. Asian Winter Games akan diselenggarakan di "NEOM", yakni kota masa depan baru, yang sedang dibangun di Arab Saudi dengan biaya US$500 miliar. Kota ini direncanakan akan memiliki fasilitas olahraga musim dingin yang mampu beroperasi sepanjang tahun.
Lima tahun setelah Asian Winter Games 2029, ibu kota Riyadh akan menjadi tuan rumah Asian Games 2034, sebuah acara olahraga serba guna dengan skala Olimpiade.
Menteri Olahraga Arab Saudi, Abdulaziz bin Turki Al-Faisal, pernah menyatakan bahwa menjadi tuan rumah Olimpiade adalah 'tujuan akhir' bagi Saudi.
Selain acara olahraga besar ini, Formula Satu (F1) juga telah memasuki Arab Saudi. Semenjak tahun 2021, Grand Prix Arab Saudi telah diselenggarakan di kota pelabuhan Jeddah di Laut Merah, dan merupakan salah satu dari lima event balapan yang diadakan pada malam hari.
Merekrut Bintang Olahraga Dunia
Arab Saudi giat meningkatkan kualitas sepak bola profesional dengan mendatangkan para pemain bintang. Liga Profesional Saudi, didirikan resmi pada tahun 1976, yang juga mendapatkan dukungan dari Public Investment Fund (PIF), yang notabene telah menyokong empat klub papan atas, termasuk Al-Ahli Jeddah, Al-Hilal Riyadh, Al-Ittihad Jeddah, dan Al-Nassr Riyadh.
Dengan tawaran gaji yang tinggi, beberapa superstar sepak bola seperti Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, dan Neymar telah bermain di liga ini.
Arab Saudi juga akan menjadi tuan rumah FIFA Club World Cup pada Desember mendatang dan Piala Asia 2027. Semua event ini akan menjadi persiapan untuk menyambut Piala Dunia 2034.
Dunia Olahraga Golf, Arab Saudi Menciptakan Perubahan Besar
Pada tahun 2022, turnamen golf LIV Golf yang dibiayai Saudi dengan menawarkan hadiah besar, menantang turnamen besar tradisional seperti PGA Tour dan DP World Tour, yang sempat memicu pertarungan hukum anti-monopoli.
Pada Juni tahun ini, terjadi perubahan besar ketika LIV Golf mengumumkan merger dengan PGA. Karena LIV Golf didanai terutama oleh Public Investment Fund (PIF), banyak yang percaya bahwa Arab Saudi akhirnya mendapatkan pengaruh besar atas masa depan olahraga golf.
Tinju juga menjadi salah satu acara olahraga internasional besar yang diselenggarakan Arab Saudi, melalui pendekatan finansial agresif mereka.
Pertarungan tinju kelas berat WBC antara Tyson Fury dan mantan juara UFC kelas berat Francis Ngannou, yang diadakan pada 28 Oktober 2023 di Riyadh kemarin, menjadi peristiwa besar, yang dihadiri banyak selebritas dan tokoh terkemuka.
Petinju kelas berat asal Inggris, Anthony Joshua, telah berpartisipasi dalam dua pertandingan di Arab Saudi, juga menerima hadiah uang yang besar. Dia membantah kritik "sportswashing" yang menyelimuti Arab Saudi, dengan menyatakan bahwa "kedatangannya hanya untuk bertinju".
Dalam dunia tenis, "ATP Next Gen Finals" tahun ini akan diadakan di Jeddah pada bulan Desember, di mana semua pemain tenis pria muda paling populer akan berkumpul.
Tahun lalu, salah satu eksportir minyak terbesar dan perusahaan terkaya di dunia, Saudi Aramco, mulai mensponsori acara besar yang diselenggarakan oleh Dewan Kriket Internasional (International Cricket Council), termasuk Piala Dunia T20.
Selain itu, reli Dakar, yang awalnya diadakan di ibu kota Senegal, Dakar, dan Paris, Prancis, juga telah berlangsung di Arab Saudi sejak tahun 2020.
"Sportswashing" Menghadirkan Perubahan?
Dengan kekayaannya yang melimpah, Arab Saudi juga turut serta dalam perlombaan kuda. Saudi Cup adalah sebuah acara balap kuda internasional kelas satu, dengan total hadiah sebesar US$20 juta, menjadikannya sebagai lomba dengan hadiah terbesar di dunia saat ini.
Memperoleh hak sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034 adalah tonggak penting bagi Arab Saudi. Namun, pertanyaan tentang keberlanjutan lingkungan, pengaturan jadwal, hak asasi manusia, dan hak-hak LGBT, akan menjadi fokus utama kekhawatiran dan kritik dari berbagai pihak.
Dengan Qatar dan Arab Saudi, dua negara Timur Tengah, menjadi tuan rumah Piala Dunia dalam kurun waktu 12 tahun, ini menunjukkan pergeseran kekuasaan dalam dunia olahraga.
FIFA, mengambil contoh Piala Dunia di Qatar tahun lalu, yang menunjukkan bahwa meskipun ada kritikan yang berkumandang, Piala Dunia yang diselenggarakan di Timur Tengah tetap tergolong sukses.
Meskipun ada yang berpendapat bahwa menjadi tuan rumah acara besar dapat membawa perhatian yang dapat membantu tuan rumah mendorong reformasi di berbagai bidang, tetapi banyak orang yang menganggap ini adalah pemikiran yang naif.
Mereka berpendapat bahwa pemberian hak tuan rumah kepada Arab Saudi menunjukkan bahwa dalam memilih lokasi acara besar, uang tetap menjadi terutama, dan isu hak asasi manusia tetap terabaikan.