(Taiwan, ROC) --- Krisis yang terjadi di Gaza masih belum menemukan titik terang. Seorang dokter di bagian gawat darurat Rumah Sakit Chang Gung di Linkou, Dokter Hung Shang-kai (洪上凱), telah bergabung dengan organisasi kemanusiaan, yaitu Dokter Lintas Batas, untuk memberikan layanan medis kemanusiaan di garis depan konflik di Gaza.
Baru minggu lalu, ia kembali ke Taiwan dengan selamat. Dia berbagi pengalamannya dengan masyarakat Taiwan, di mana suara alarm serangan udara menjadi bagian dari kesehariannya.
Masjid yang hanya berjarak 70 meter darinya juga diserang, membuatnya merasakan kekejaman perang secara langsung. Ia pun tetap memanfaatkan keahliannya sebagai dokter gawat darurat untuk membantu korban peperangan.
Dokter Hung Shang-kai mengatakan bahwa ia berharap para pakar medis kesehatan yang melayani kawasan bencana akan mendapat lebih banyak perhatian dari masyarakat.
Barisan demi barisan bayi yang baru lahir berbaring di rumah sakit di Gaza. Mereka baru saja datang ke dunia ini, tetapi harus berada dalam bahaya karena situasi peperangan.
Dan rumah sakit terbesar di Gaza, Rumah Sakit Al-Shifa, tidak hanya kehabisan bahan bakar, tetapi jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 34 orang, termasuk bayi-bayi.
Hal ini juga memperlihatkan krisis kekurangan sumber daya medis yang sangat memprihatinkan.
Dr. Hung Shang-kai yang menyediakan "layanan medis kemanusiaan" di garis depan berbagi pengalamannya setelah kembali ke negara asal
Seorang dokter di bagian gawat darurat Rumah Sakit Chang Gung di Linkou, Dokter Hung Shang-kai (洪上凱), telah bergabung dengan organisasi kemanusiaan, Dokter Lintas Batas, untuk memberikan layanan medis kemanusiaan di garis depan konflik di Gaza.
Baru minggu lalu, ia kembali ke Taiwan dengan selamat. Dia berbagi pengalamannya dengan masyarakat Taiwan, di mana suara alarm serangan udara menjadi bagian dari kesehariannya.
Sebelum situasi peperangan pecah, Dokter Hung Shang-kai sebenarnya telah berangkat ke Gaza, yakni sebuah daerah yang dikenal sebagai penjara terbuka terbesar di dunia.
Dia menghabiskan setengah jam perjalanan setiap harinya, untuk membantu membangun sistem unit gawat darurat setempat. Bersama tim medis setempat, Dokter Hung Shang-kai mengoptimalkan proses pengobatan.
Hingga hari tanggal 7 Oktober 2023, ketika roket langsung ditembakkan ke ibukota Israel, Tel Aviv, mereka dengan cepat menyadari bahwa peperangan akan tiba.
Selama hampir sebulan berikutnya, Dokter Hung Shang-kai terus bergerak ke selatan dan pindah ke lima lokasi berbeda, dan akhirnya ia pun bisa membedakan jarak serangan udara hanya dari besarnya frekuensi suara.
Masjid ini hanya berjarak 70 meter dari kantor Dokter Hung Shang-kai, yang membuatnya merasakan betapa dekat dan kejamnya situasi peperangan. Namun, bekerja dalam lingkungan yang sangat menekan ini juga membuatnya melihat nilai dari seorang dokter gawat darurat.
Selain mampu menggunakan sumber daya dengan efisien, serta mempraktikkan pengalaman dalam penyelamatan pra-rumah sakit, kedokteran bencana, dan perawatan intensif, hal ini juga membuktikan bahwa "Taiwanese Can Help."
Meskipun konflik di Gaza masih berlangsung, Dokter Hung Shang-kai tidak menutup kemungkinan untuk kembali ke Gaza. Dia ingin berkontribusi dalam situasi perang dengan kemampuan yang dimilikinya untuk menerapkan layanan medis kemanusiaan.