close
RTISISegera unduh Aplikasi ini
Mulai
:::

Penelitian AS: Hampir Seratus Kota di Dunia Mengalami Penurunan Tanah, Berpotensi Mempengaruhi Hampir 200 Juta Orang

  • 08 November, 2023
Kedai RTISI
Penelitian AS: Hampir Seratus Kota di Dunia Mengalami Penurunan Tanah, Berpotensi Mempengaruhi Hampir 200 Juta Orang

(Taiwan, ROC) --- Tim peneliti dari Universitas Rhode Island di Amerika Serikat baru-baru ini menemukan bahwa ada 99 kota pesisir di seluruh dunia yang menghadapi krisis penurunan tanah, yang diperkirakan akan mempengaruhi hampir dua ratus juta orang.

Daerah dengan kepadatan penduduk tinggi seperti Tiongkok, Bangladesh dan Filipina, mengalami penurunan serius yang bisa mencapai 4 cm per tahun.

Taiwan juga termasuk dalam daftar tersebut, dengan laporan yang menunjukkan bahwa Taipei tengah mengalami penurunan sebesar 0,2 cm per tahun.

Para ahli geologi percaya ini mungkin adalah situasi lokal, karena dalam beberapa tahun terakhir, pengaturan penarikan air tanah telah diperketat. Di samping itu, penurunan tanah di utara Taiwan telah melambat, sementara wilayah barat daya perlu lebih diperhatikan.

Taiwan di daerah pesisir barat daya pernah melakukan penarikan air tanah dalam jumlah besar, untuk keperluan irigasi pertanian atau budidaya perikanan, yang mana hal ini menyebabkan penurunan lapisan tanah.

Apakah krisis ini juga telah menyebar ke Taipei? Tim peneliti dari Universitas Rhode Island di Amerika Serikat menemukan bahwa hampir seratus kota di dunia ini tengah mengalami penurunan, yang diperkirakan akan mempengaruhi hampir dua ratus juta orang.

Cekungan Taipei juga mengalami penurunan, dengan kecepatan lebih dari 0,2 cm per tahun.

Profesor dari Institut Geologi Terapan NCU Lee Chyi-tyi (李錫堤) mengatakan, “Dalam beberapa tahun terakhir, penurunan tersebut sangat terbatas. Dua sentimeter juga tidak banyak. Dua sentimeter dalam laporan, mungkin sedikit lebih tinggi dari hasil pengamatan sebenarnya, atau bisa jadi dua sentimeter tersebut adalah penurunan yang bersifat lokal.”

Para ahli geologi mengambil pendekatan konservatif terhadap data ini. Cekungan Taipei di masa lalu telah mengalami penurunan kumulatif sekitar dua meter, tetapi setelah pembangunan Waduk Feicui selesai pada tahun 1987, membuat pasokan air permukaan menjadi relatif cukup.

Di samping itu, Taiwan juga telah mengatur penarikan air tanah, yang membuat kecepatan penurunan tanah melambat secara signifikan. Yang lebih perlu diperhatikan bukanlah kota Taipei, melainkan daerah-daerah yang menitikberatkan pada sektor pertanian dan perikanan.

Lee Chyi-tyi melanjutkan, “Di pesisir barat daya, tempat banyaknya tambak ikan, atau di Pingtung, daerah-daerah yang dekat dengan pantai, cekungan rendah, dan banyak tambak ikan, juga termasuk Yilan (dataran). Penurunan tanah bisa mencapai beberapa sentimeter dalam setahun.”

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa beberapa wilayah di dunia yang mengalami risiko penurunan tanah terparah berada di Asia, sebut saja Bangladesh, Tiongkok, Filipina, dan Pakistan, dengan penurunan yang mencapai 4 cm per tahun.

Keempat tempat ini sama-sama memiliki populasi hampir enam puluh juta orang dan area penurunan utama terletak di zona perumahan atau industri yang di masa depan dicemaskan akan menghadapi risiko terendam.

Lee Chyi-tyi mengatakan, “Mengendalikan penurunan tanah. Yang paling penting adalah mengatur penarikan air tanah. Agar pengaturan ini efektif, maka yang diperlukan adalah penyediaan air permukaan yang cukup.”

Ketika terjadi perubahan iklim ekstrem, bencana penurunan tanah dan air laut yang memasuki daratan akan sering terjadi. Bagaimana mencapai keseimbangan antara penggunaan air dan pembangunan adalah masalah besar yang dihadapi oleh semua negara.

Penyiar

Komentar