close
RTISISegera unduh Aplikasi ini
Mulai
:::

Manusia & Teknologi - 2023-07-27

  • 27 July, 2023

Info Pekan ini 

 

~ Arab Saudi kecam Rusia, Stop Ekspor minyak murah. 

Situasi terkait kemarahan Arab Saudi terhadap Rusia semakin memanas, minyak murah yang dirilis dipasaran dalam jumlah besar oleh Rusia nampaknya tidak sejalan dengan visi Arab Saudi ketika negara penghasil minyak terbesar di dunia mencoba untuk menaikkan harga. 

Dilansir dari The Wall Street Journal yang melaporkan pada tanggal 27 Mei, mengutip dari sumber tanpa nama menjabarkan bahwa Arab Saudi sebagai pimpinan dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak ( OPEC ), sangat marah karena Rusia tidak memenuhi komitmennya dalam memangkas produksi dan mengiyakan permintaan dari Barat. 

Dikabarkan bahwa pejabat Saudi telah menyatakan ketidakpuasannya kepada pejabat senior pemerintah Rusia, menuntut agar Rusia dapat menghormati perjanjian terkait pengurangan produksi. 

OPEC beserta dengan jejeran negara produsen minyak bumi yang secara kolektif dikenal dengan nama OPEC+ di bawah kepemimpinan dari Rusia telah dijadwalkan untuk mengadakan pertemuan penting pada tanggal 4 Juni yang akan diselenggarakan di Vienna - Austria. Dalam pertemuan ini akan memutuskan rencana kapasitas produksi untuk paruh kedua tahun ini sebagai tanggapan atas perlambatan ekonomi global yang telah menekan permintaan atas komoditas energi. 

Menteri Energi Saudi pada minggu lalu sudah merilis sebuah peringatan kepada spekulan penjual minyak mentah, sembari menyebarkan berita terkait OPEC+ yang sedang mempertimbangkan pengurangan produksi. Sementara itu Presiden Rusia - Vladimir Putin mengatakan bahwa harga minyak pada saat ini mendekati level “ Aman secara ekonomi “, menunjukkan bahwa strategi produksi OPEC+ tidak membutuhkan revisi. 

Dilansir dari Technews.tw yang mengatakan dari sebuah sumber yang akrab dengan kebijakan minyak mentah kerajaan Saudi telah meminta harga minyak untuk tetap berada di level 81 USD/barrel, yaitu 5 USD lebih tinggi dari harga pasar pada saat ini. Dengan begitu Arab Saudi dapat mendukung rencana pembangunan domestik yang lebih besar. Termasuk juga Resort Laut Merah yang ukurannya sebanding dengan kawasan Belgia, Hotel terapung yang mirip dengan Maldives dan kota futuristik di tengah gurun yang akan dilengkapi dengan berbagai perangkat teknologi terbaru senilai 500 Miliar USD, dan besarnya kawasan ini 33 kali lipat lebih besar daripada kota New York. Hingga saat ini masih belum jelas apakah Arab Saudi akan segera mengambil tindakan yang akan berimpak pada negara aliansi energinya. apabila melihat ke catatan yang ada, jelas terlihat bahwa argumen Arab dan Rusia bukanlah sebuah cerita yang baru. 

Pada tanggal 20 Maret 2020, ketika Arab dan Rusia gagal mencapai konsensus terkait rencana darurat untuk mengatasi kelebihan pasokan yang telah berimpak pada anjloknya harga minyak. Arab Saudi segera memimpin dalam melancarkan aksinya dalam peperangan harga pasar pada saat itu dan berniat untuk merebut pangsa pasar yang sedang dipegang oleh Rusia. Hingga hari ini, harga minyak mentah berjangka dari New York Mercantile Exchange ( NYMEX ) turun 9.46% pada tahun ini, dan 36.30% pada tahun 2022. 

 

 

~ Ringkasan pengacara ditulis oleh ChatGPT, pengadilan angkat bicara. 

 

Seorang pengacara asal Amerika Serikat disinyalir telah menggunakan bantuan ChatGPT dalam memberikan rangkuman pada saat menjalankan sebuah sidang. Pada saat pembacaan rangkuman jajaran hakim dan panitera dengan sigapnya menyatakan bahwa rangkuman yang diberikan oleh pengacara adalah palsu. 

AI Chatbots adalah sebuah kecerdasan buatan yang dapat memberikan sebuah artikel, analisa, seluk beluk, dan bahkan pengambilan sebuah kesimpulan dalam bentuk teks. Dengan kemajuan teknologi pada saat ini tidak sedikit profesi yang akan tertinggal dan dilupakan. Terlebih dalam profesi yang mengandalkan kata-kata dan mencari nafkah. Salah satunya adalah seorang pengacara. 

Seorang pengacara adalah sebuah profesi yang kemungkinan besar akan digantikan oleh AI di masa mendatang, akan tetapi baru-baru ini seorang pengacara asal AS menggunakan kecerdasan buatan dalam menuliskan putusan dalam tuntutan hukum serupa, setelah di investigasi lebih lanjut semua kasus ini adalah palsu. 

ChatGPT didasarkan pada model statistik yang dapat merangkum dan mempelajari miliaran teks yang dapat diambil dari jutaan situs yang beredar, dengan menebak dan mempelajari potongan dari teks demi untuk menghasilkan sebuah artikel. 

Banyak profesi yang harus membutuhkan pengumpulan data serta penulisan teks, terutama pengacara. Tidak sedikit para pengacara yang sudah menggunakan AI sebagai perangkat untuk menghemat waktu dan energi. Bahkan telah mengembangkan kecerdasan AI yang lebih canggih dalam mendampingi sebuah sidang bagi beberapa pengacara. 

Dilansir dari technews.tw sebuah studi yang dilakukan oleh Princeton University, Penn State University, dan New York university menunjukkan bahwa industri yang paling memiliki akses ke peralatan dan teknologi AI terbaru adalah layanan hukum. pengamat Ekonomi asal Goldman Sachs memperkirakan sekitar 44% pekerjaan terkait layanan hukum dan advokat akan tergantikan dan dapat diotomatisasi, selain itu berada di peringkat ke dua adalah pekerjaan pendukung perkantoran dan administrasi. Seorang warga asal AS pada tahun ini telah menggugat sebuah maskapai penerbangan dengan alasan bahwa dirinya terluka ketika kursi dorong membentur lututnya dalam sebuah penerbangan menuju bandara New York. sontak ini menjadi sebuah bahan tertawaan dengan alasan terlalu mengandalkan sebuah teknologi yang berlebihan. 

Pengacara penggugat mengajukan sebuah ringkasan lengkap yang berisikan 10 lembar kutipan, dimana 6 kutipan lainnya adalah hasil dari pembacaan pengadilan yang cukup relevan. Akibatnya pengacara maskapai sebagai pihak terdakwa sigap dalam menemukan bahwa ada sebuah masalah dalam kasus tersebut dan menulis kepada jajaran panitera dan hakim. Menyatakan bahwa nomor berkas dan informasi BAP dan tanggal yang dikeluarkan dalam kasus tersebut tidak relevan. 

Hakim dalam kasus tersebut yang diduga telah menggunakan Chatbot oleh pengacara penggugat telah menyebut insiden tersebut sebagai sebuah “ Situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya” dan memerintahkan untuk pengunduran sidang demi membahas kemungkinan sanksi terhadap pengacara penggugat. 

Dari pihak penggugat juga mengaku telah menggunakan Chatbot dan menegaskan bahwa dirinya telah mengkonfirmasi berulang kali kepada Chatbot bahwa kasus ini valid dan benar ( tampilan obrolan dari Chatbot juga terlampir ). 

Chatbot juga meyakinkan bahwa kasus tersebut dapat ditemukan dalam database dan pencatatan kasus dengan reputasi yang baik, berdasarkan pengakuan ini pengacara penggugat telah menyatakan rasa penyesalannya dalam mengandalkan ChatGPT sembari menambahkan bahwa “ Bot obrolan tidak akan digunakan dalam pekerjaan penelitian hukum dimasa mendatang tanpa mengkonfirmasi dan verifikasi terkait keabsahan sebuah kasus.” 

Perlu kita setuju bahwa kecerdasan AI akan semakin maju lagi baik dimasa mendatang, pekerjaan kerah putih tidak akan diambil dan dikerjakan oleh seorang robot. Insiden ini tentu akan menyoroti potensi risiko kepercayaan absolut  pada teknologi AI di bidang hukum. 

Tingginya rasa kekhawatiran AI akan lepas kendali dimasa mendatang, seorang profesor hukum asal AS menganggap bahwa AI dapat berhalusinasi sendiri, demi menguji potensi ini dirinya meminta ChatGPT untuk mengangkat 5 insiden pelecehan  seksual dan meminta ChatGPT untuk mengutip kutipan artikel surat kabar terkait. 

Akibatnya, ChatGPT secara keliru mengidentifikasikan profesor hukum lainnya yaitu Jonathan Turley sebagai pelaku pelecehan seksual, bahkan mengutip sebuah artikel berita yang tidak pernah muncul sebagai sumber. Dengan begitu ini dapat digolongkan sebagai sebuah rekayasa yang sepenuhnya dikendalikan oleh ChatBot. 

Bulan Februari tahun ini, Prabhakar Raghavan selaku kepala pencarian Google Search Engine dalam sebuah percakapan dengan penerbit asal Jerman yang menyatakan bahwa AI dapat memberikan jawaban yang meyakinkan, tetapi tidak nyata. Dan AI dapat berhalusinasi sendiri. 

Pada bulan Maret tahun ini, Elon Musik menandatangani sebuah surat terbuka yang meminta moratorium pengemabngan AI selama enam bulan. Sebagai sebuah respon terhadap potensi risiko bagi manusia dan masyarakat, termasuk penyebaran informasi yang salah dan profesi otomatisasi. Pengembang ChatGPT OpenAI juga menyerukan sebuah regulasi AI Super baru-baru ini, dengan alasan diperlukan sebuah badan hukum yang mirip dengan Badan Energi Atom Internasional demi melindungi manusia dari ancaman AI. 

 

Pantau terus yows.. 

Penyiar

Komentar