(Taiwan, ROC) —- Para pemimpin dunia sepakat untuk memperjuangkan pencapaian komunitas dunia terhadap pembebasan senjata nuklir. Kesepakatan tersebut sempat diutarakan dalam pertemuan G7 pada tahun ini.
Namun ironinya, sebuah laporan terbaru memperlihatkan bahwa pengeluaran senjata nuklir global telah meningkat selama tiga tahun berturut-turut.
Jika dibandingkan tahun sebelumnya, maka kuantitas senjata nuklir dunia juga mengalami peningkatan serupa. Hal ini serta-merta mencerminkan bahwa situasi perdamaian dunia semakin mengkhawatirkan.
Pada akhir bulan Mei tahun ini, para pemimpin dunia berkumpul di Hiroshima, Jepang, untuk hadir dalam pertemuan G7. Hiroshima adalah saksi sejarah akan brutalnya serangan senjata nuklir.
Pertemuan G7 kali ini juga melahirkan sebuah dokumen yang diberi tajuk “Hiroshima Vision”, yang menegaskan kembali perihal komitmen negara anggota untuk mengurangi kepemilikan atau pengembangan senjata nuklir.
Namun, dalam dua laporan yang dirilis baru-baru ini memperlihatkan bahwa negara-negara utama di dunia diketahui menaikkan anggaran belanja mereka untuk mengembangkan senjata nuklir, dan bahkan kuantitas bahan peledak yang dimiliki juga lebih banyak jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Dana Dunia untuk Senjata Nuklir Mencapai US$ 83 Miliar
“Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir ICAN” merilis dua laporan, masing-masing pada tanggal 6 Juni dan 12 Juni. Laporan tersebut menerangkan bahwa negara-negara pengembang senjata nuklir di seluruh dunia menghabiskan lebih dari US$ 83 miliar untuk mengembangkan senjata dan sistem terkait nuklir pada sepanjang tahun lalu.
Sejauh ini ada sembilan negara di dunia yang memiliki persenjataan nuklir, meliputi Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, Tiongkok, India, Pakistan, Korea Utara dan Israel.
Laporan bersangkutan juga memperlihatkan bahwa jumlah dana yang dianggarkan Amerika Serikat melebihi negara lainnya, yakni mencapai angka US$ 43,7 miliar.
Rusia di lain pihak hanya menghabiskan sekitar US$ 9,6 miliar, atau lebih sedikit 22% dari AS.
Sedangkan Tiongkok menganggarkan dana sebanyak US$ 11,7 miliar, atau dengan kata lain seperempat dari AS.
AS Adalah Negara Terbanyak Menyimpan Pasokan Senjata Nuklir
Koordinator ICAN yang juga adalah salah satu pihak yang menyusun laporan bersangkutan, Susi Snyder mengatakan, “Setiap negara tengah memodernisasi senjata dan sistem pengangkutan senjata yang mereka miliki, misal rudal, pesawat terbang dan kapal selam.”
Pengeluaran yang dianggarkan meliputi investasi di sektor penelitian dan pengembangan, pengujian, pemroduksian dan perakitan ragam komponen yang diperlukan.
Salah seorang sejarawan senjata nuklir di Stevens Institute og Technology, Alex Wellerstein menyampaikan, kecuali negara-negara tersebut mengembangkan infrastruktur penghasil bahan bakar nuklir.
Faktor utama di balik anggaran biaya nuklir yang luar biasa banyak tersebut adalah bagaimana mendistribusikan fasilitas persenjataan tersebut.
“Dibandingkan dengan komponen peledaknya, maka nilai investasi yang harus ditanamkan akan lebih banyak, terutama merekrut personil yang kompeten,” lanjut Alex Wellerstein.
Dalam kasus Amerika Serikat, investasi yang ditanamkan Negeri Paman Sam dalam sektor pendistribusian senjata nuklir, berarti harus mengembangkan dan membangun kapal selam yang baru.
Di samping itu, AS harus memikirkan bagaimana mengganti unit pesawat pembom B-1 dan B-2 dengan sistem peledak yang lebih akurat. Hal ini belum lagi dengan pencanangan transformasi dalam skala besar-besaran, termasuk pembangunan pusat komando, kontrol dan komunikasi.