(Taiwan, ROC) —- Semenjak krisis Ukraina – Rusia pecah, Amerika Serikat terus memberikan bantuan dana dan dukungan militer dalam jumlah yang cukup besar. Namun, setelah perang berlangsung selama lebih dari setahun, dukungan dari publik Amerika Serikat terhadap Ukraina diberitakan perlahan-lahan melemah.
Dua politikus yang berkemungkinan besar mewakili Partai Republik dalam pilpres tahun mendatang, mempertanyakan kebijakan bantuan untuk Ukraina.
Hal ini dapat membuat pemilih berdarah Ukraina yang lebih cenderung merupakan pendukung Partai Republik akan beralih. Dan tentunya ini bisa berdampak pada pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun mendatang.
Bantuan Bertubi-Tubi Atas Ukraina, Partai Republik Meragukan
Rusia melancarkan invasi mereka ke Ukraina pada bulan Februari tahun lalu. Amerika Serikat di lain pihak, telah memberikan bantuan militer, finansial dan kemanusiaan kepada Ukraina.
Di tengah ketidakpastian perihal kapan perang akan usai membuat dukungan publik AS kepada kondisi Ukraina diberitakan terus menyusut. Partai Republik kemudian mempertanyakan apakah negara harus terus mendanai sebuah konflik asing yang dirasa tidak menemukan titik terang.
Salah satu kandidat terkuat dari Partai Republik yang saat ini menjabat Gubernur Florida, Ron DeSantis, secara terbuka menyampaikan kritiknya kepada pemerintahan Presiden Joe Biden, yang dianggapnya telah membabi buta dalam memberikan bantuan kepada Ukraina.
Di lain pihak, mantan Presiden Donald Trump yang kembali mencalonkan diri, juga menyampaikan keraguan serupa.
Salah seorang warga AS berdarah Ukraina, George Stawnyczyj, menyampaikan bahwa dirinya telah memilih Trump dalam dua pemilu terakhir. Namun, jika kali ini Donald Trump kembali terpilih sebagai kandidat presiden dari Partai Republik, maka ia akan memilih untuk berada di rumah saat pemilu pilpres tiba.
George Stawnyczyj yang saat ini berdomisili Carbon County, Pennsylvania melanjutkan bahwa dirinya tidak tahan terhadap kritik yang dilontarkan Trump atas bantuan kepada Ukraina. Ia juga tidak bisa menerima kelakukan Trump yang terkadang memuji Presiden Rusia Vladimir Putin.
Menurut analisis dari beberapa anggota Kongres, pakar strategi, advokat pemilu dan media Reuters yang meneliti data sensus di AS, hasil suara dari warga AS berdarah Ukraina yang selama ini merupakan pendukung Partai Republik, akan berdampak signifikan terhadap pemilu 2024.
Meskipun jumlah warga AS berdarah Ukraina relatif kecil, yakni berkisar 1 juta, tetapi mereka tersebar di beberapa wilayah pemilihan yang sangat kompetitif, misal Pennsylvania dan Michigan, yang mana suara mereka bisa menjadi penentu yang krusial.
Warga AS Berdarah Ukraina Merasa Dikhianati
George Stawnyczyj adalah salah satu dari sekian banyak warga AS berdarah Ukraina yang berniat abstain dari pemungutan suara pemilu 2024, atau bahkan akan memberikan suaranya kepada Partai Demokrat untuk pertama kalinya.
Alasan mereka adalah, setelah Rusia menginvasi Ukraina, para pemimpin Kongres yang berasal dari Partai Republik dan beberapa calon petinggi Gedung Putih memperlihatkan ketidaktertarikan mereka perang yang melanda Ukraina.
Sikap dari para politikus Partai Republik berbanding terbalik dengan Presiden Joe Biden yang berasal dari Partai Demokrat, yang habis-habisan mendukung Ukraina dan Presiden Volodymyr Zelenskiy.
Warga AS berdarah Ukraina pun merasa kecewa, bahkan mereka merasa dikhianati oleh Partai Republik. Mereka menyampaikan tidak akan memilih kandidat yang tidak mendukung Ukraina.
Sebagian besar dari mereka mengesampingkan untuk memilih Donald Trump atau Ron DeSantis.