(Taiwan, ROC) --- Pertemuan tingkat tinggi antar 2 negara adidaya, Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok digelar pada pertengahan bulan November kemarin. Presiden AS Joe Biden melakukan pertemuan dengan Pemimpin RRT Xi Jin-ping melalui jaringan virtual. Para analisis umumnya percaya bahwa pembicaraan antar keduanya tidak akan menghasilkan resolusi “bermakna”, dan hanya akan berfungsi sebagai obat pereda ketegangan antara AS dengan RRT.
Di bawah pemerintahan Joe Biden, AS memiliki prioritas utama untuk mempertahankan pengaruh internasional mereka, dan salah satunya adalah bagaimana menghindari konflik dalam menjalin hubungan dengan RRT.
Nol Resolusi dan Efek Pereda Ketegangan AS-RRT
Konferensi virtual antar Joe Biden dengan RRT dilangsungkan di saat hubungan AS dan RRT tengah berada di titik panas. Pertemuan yang berhasil menyedot perhatian warga dunia tersebut dilakukan secara virtual pada tanggal 16 November 2021. Lapisan masyarakat di berbagai belahan dunia mengawasi pelaksanaan pertemuan tersebut, dengan harapan dapat memahami perkembangan hubungan kedua negara.
Pakar dunia percaya bahwa pertemuan kemarin tidak akan menghasilkan terobosan yang bermakna, melainkan hanya akan menjadi “obat pereda ketegangan” dari hubungan keduanya saat ini. Tidak seperti mantan Presiden Donald Trump yang mengadopsi langkah konfrontasi, Presiden Joe Biden berharap hubungan antar AS dengan RRT dapat berjalan dengan tetap mengedepankan persaingan sehat dan menghindari konflik. Dengan demikian, Negeri Paman Sam tetap dapat mempertahankan pengaruh internasional mereka.
Ini adalah pertemuan tingkat tinggi pertama dengan RRT, setelah Joe Biden menduduki kursi nomor satu AS pada bulan Januari tahun ini. Sebelumnya, beberapa diskusi antar petinggi kedua negara sempat digelar, meski harus berujung pada ketegangan. Hingga pada bulan September kemarin, hubungan antar keduanya mulai mereda setelah Presiden Joe Biden terlihat tengah berkomunikasi dengan Penguasa Xi Jin-ping melalui jaringan telepon.
Faktanya, kedua negara telah menunjukkan itikad baik masing-masing sebelum pertemuan kemarin digelar. AS dan RRT secara tidak terduga mengeluarkan pernyataan bersama di akhir penutupan KTT COP 26, yang mendukung untuk memperkuat langkah atau kerja sama guna meminimalkan dampak dari fenomena perubahan iklim.
Media Inggris, BBC mewartakan, pertemuan tingkat tinggi kemarin berlangsung sangat hangat, layaknya dua sahabat lama yang tengah reuni. Selama kurang lebih 3 setengah jam, keduanya terlibat “debat sehat” membahas banyak permasalahan yang tengah berkembang saat ini. Pertemuan kemarin juga tidak menghasilkan resolusi apa pun dan kedua belah pihak malah merilis pernyataan masing-masing secara terpisah.
Media New York Times melaporkan, AS dan RRT menekankan isu-isu penting mereka, dan seolah-olah tengah memperlihatkan ketidakpuasan mereka satu sama lain. Dalam pertemuan tersebut, juga terlihat bahwa AS dengan RRT memiliki perbedaan perspektif dalam menyikapi permasalahan global.
Isu tentang Taiwan juga menjadi fokus penting antar keduanya. Namun demikian, kedua belah pihak baru memberikan pernyataan masing-masing setelah pertemuan selesai digelar. Media RRT mengklaim bahwa Presiden Joe Biden tidak mendukung gerakan “Taiwan Independen”.
Di lain pihak, otoritas Gedung Putih merilis siaran pers mereka yang menyampaikan, Presiden Joe Biden akan memegang komitmen terhadap “Kebijakan Satu Tiongkok” dengan tetap berdasar pada “UU Hubungan Taiwan” dan “Three Joint Communiqués” , serta menentang perubahan sepihak terhadap status quo atau tindakan yang sengaja mengganggu perdamaian lintas selat.