
(Taiwan, ROC) --- Presiden Tsai Ing-wen (蔡英文) melangsungkan obrolan singkat melalui jaringan virtual bersama dengan mantan Perdana Menteri Shinzo Abe pada Selasa malam (22/3). Dalam obrolan tersebut, keduanya membahas perihal krisis Ukraina dengan Rusia. Kepala Negara menekankan, tindakan mengubah status-quo secara sepihak telah melanggar kedaulatan negara-negara demokratis.
Mantan PM Shinzo Abe menuturkan, jika Taiwan menghadapi tekanan, maka hal tersebut juga akan mengancam Jepang beserta Amerika Serikat dan sekutunya. Negara-negara yang terletak di perairan Indo-Pasifik tidak akan pernah membiarkan kekuatan untuk mengubah status-quo secara sepihak terealisasikan.
Pertemuan tahunan antara anggota Kongres Jepang – Republik Tiongkok diadakan di Tokyo pada Selasa malam (22/3). Presiden Tsai Ing-wen diundang untuk melangsungkan pertemuan virtual dengan mantan PM Shinzo Abe.
Istana Kepresidenan merilis topik yang masuk dalam pembahasan kedua petinggi tersebut, meliputi penanggulangan COVID-19, partisipasi Taiwan di CPTPP, perkembangan situasi di Ukraina, serta memastikan perdamaian dan stabilitas dalam konsep strategi Indo-Pasifik yang bebas terbuka.
Dalam sektor penanggulangan COVID-19, Presiden Tsai Ing-wen menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada Jepang, atas sumbangan vaksin yang diberikan, sehingga Taiwan dapat mengatasi rantai penularan secara menyeluruh.
Sebaliknya, mantan PM Shinzo Abe juga berterima kasih atas sumbangan yang diberikan Taiwan kepada Jepang, misal masker, Alat Perlindungan Diri (APD) dan peralatan medis.
Presiden Tsai menambahkan, otoritas Taiwan telah mengumumkan pelonggaran terhadap pembatasan izin impor produk pangan dari lima kabupaten atau kota di Fukushima. Hal ini memperlihatkan tekad Taiwan untuk menaati standar internasional, serta keseriusan untuk menghadapi dan menuntaskan permasalahan perdagangan yang kompleks.
Kepala Negara juga berharap agar Jepang tetap mempromosikan Taiwan untuk disertakan dalam CPTPP. Menanggapi Presiden Tsai Ing-wen, mantan PM Shinzo Abe menjawab, menteri-menteri dari 11 negara anggota yang merupakan pendiri CPTPP juga telah menyatakan tekadnya untuk menerima partisipan baru, serta memperluas keanggotaan mereka dan saat ini tengah bernegosiasi dengan Inggris.
Shinzo Abe berharap agar Taiwan dapat secepatnya bergabung, dengan tetap berdasar pada prinsip perjanjian dan pemenuhan dari standar yang telah ditetapkan.
Menanggapi krisis Ukraina- Rusia yang masih bergejolak, Kepala Negara menyampaikan, invasi Rusia ke Ukraina telah melanggar prinsip-prinsip dasar dunia, serta telah ditentang oleh negara-negara penganut paham demokrasi.
Situasi serupa tentu tidak boleh terjadi di kawasan Indo-Pasifik, dengan harapan agar Taiwan bersama Jepang terus mempromosikan kebijakan fundamental yang mendukung perdamaian regional.
Presiden Tsai Ing-wen mengatakan, “Keputusan untuk mengubah status-quo secara sepihak dan menginvasi kedaulatan negara demokratis, sama sekali tidak dapat diterima di kawasan Indo-Pasifik. Melalui kesempatan ini, saya juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Jepang, karena terus berupaya menekankan pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dalam berbagai kesempatan internasional. Saya juga berharap Taiwan dengan Jepang dapat terus mempererat pertukaran dan kerja sama di masa mendatang, guna memajukan perdamaian dan stabilitas kawasan.”
Mantan PM Shinzo Abe menambahkan, dirinya sangat bahagia melihat hubungan Taiwan dengan Jepang yang telah melampau jalinan diplomatik. Kedua belah pihak tetap membangun hubungan interaktif, serta berupaya mengatasi berbagai hambatan yang ada.
Untuk menjaga stabilitas regional, Shinzo Abe percaya bahwa kedua belah pihak sudah seharusnya menjalin kerja sama di bidang intelijen. Dalam sebuah seminar yang digelar oleh wadah pemikir Taiwan pada tahun lalu, Shinzo Zbe pernah menyampaikan, “Jika sesuatu terjadi dengan Taiwan, maka hal tersebut akan berdampak bagi Jepang dan sekutu-sekutu Amerika Serikat. Kawasan Indo-Pasifik tidak akan pernah membiarkan adanya kekuatan untuk mengubah status-quo secara sepihak.”
Mantan PM Shinzo Abe mengatakan, “Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka adalah prinsip yang diadvokasi oleh setiap individu. Taiwan dan Jepang yang berada di lautan Indo-Pasifik, sudah seharusnya menjaga kestabilan kawasan dengan tetap bertumpu pada hukum internasional. Tentu saja, kekuatan untuk mengubah status-quo secara sepihak tidak dapat dibiarkan begitu saja.”
Kepala Negara melanjutkan, Taiwan tentu setuju dan mengakui prinsip yang terdapat dalam perkataan “Indo-Pasifik yang bebas dan Terbuka”, serta dapat memberikan kontribusi maksimal bagi perdamaian dan kemakmuran regional.
Taiwan dan Jepang adalah mitra dagang yang memiliki peran penting satu sama lain. Beliau percaya, bahwa masih banyak ruang kerja sama antara kedua belah pihak yang layak dikembangkan.