(Taiwan, ROC) – Radio Taiwan Internasional (Rti) bersama dengan Komite Pengembangan Nasional (NDC), dan Universitas Nasional Taiwan (NTU) menggelar forum “Navigating Asia’s Media Landscape: Authoritarianism vs Democracy.” Forum ini menghadirkan profesor sekaligus direktur dari Institut Pascasarjana Jurnalisme NTU, Hung Chen-ling (洪貞玲) sebagai moderator, mengundang Presiden Taiwan Foreign Correspondents’ Club (TFCC) Thompson Chau, koresponden New York Times Tiongkok Chris Buckley, dan mantan pemimpin redaksi Reuters untuk wilayah Asia Timur Phil Smith.
Thompson Chau menjadi pembicara pertama dalam forum tersebut. Ia menggunakan pengalaman pribadinya untuk menggambarkan memburuknya status kebebasan media di Myanmar, sekaligus memperlihatkan dukungan positif dalam kehidupan untuk mengungkap kebenaran dan menjaga ekosistem media. Upaya-upaya ini juga mencakup kekuatan Taiwan.
Thompson Chau kemudian menunjukkan, bahwa beberapa tahun belakangan ini karena situasi yang kurang baik di Hong Kong, berbagai media internasional telah menarik diri dan meningkatkan kehadiran mereka di Taiwan. “Taiwan memiliki potensi untuk menjadi media hub (pusat media) di Asia.” Ia mengatakan, “(wartawan dari berbagai negara yang datang ke Taiwan) meningkat secara drastis. Saya rasa alasan utamanya adalah karena situasi di Selat Taiwan yang terus menarik perhatian para wartawan, selain juga keunggulan geografis Taiwan dan kebebasan media. Saya rasa ini sangatlah penting.”
Chris Buckley menggunakan pengalamannya saat melakukan wawancara ketika ditempatkan di Daratan Tiongkok untuk menjelaskan berbagai peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Setelah bekerja di Taiwan, ia terkejut dengan keberagaman di Taiwan, keterbukaan, dan kemudahan untuk melakukan wawancara, sesuai dengan tema forum “otoritarianisme vs demokrasi.”
Phil Smith menggunakan pengalaman karir jurnalistiknya selama 40 tahun untuk memperkenalkan pengalaman bekerja di Afghanistan, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, India, dan berbagai negara Asia lainnya, termasuk adanya tekanan kebebasan berbicara dan media di tempat-tempat tersebut. Ia juga menjelaskan, bahwa beberapa media Inggris dan Amerika telah membuat berita palsu atau terlalu berlebihan dalam memberitakan hal yang ada, menekankan pentingnya objektivitas dan kebebasan media, mengingatkan Taiwan untuk menghindari masalah-masalah tersebut.
Phil Smith juga mengutip dan mengomentari “Indeks Kebebasan Pers Dunia” yang dirilis Reporters Without Borders, secara khusus menyoroti peringkat Taiwan yang terus meningkat, dari peringkat ke-42 di tahun 2019 menjadi peringkat ke-38 di tahun 2022, dan terus membaik di peringkat ke-35 pada tahun 2023. “Kemajuan yang stabil ini cukup baik,” dan menantikan pertumbuhan Taiwan yang terus membaik di masa depan.
(foto: Rti / reporter Wang Zhao-kun)