
(Taiwan,ROC) – Kandidat calon presiden untuk Pemilu 2024 Taiwan dari pan biru, hijau, dan putih telah dirilis. Pakar hubungan antar selat dari Washington, Bonnie Glaser menyampaikan, bahwa Beijing tidak familiar dengan Hou Yu-ih dari Kuomintang (KMT), mengasosiasikan keterkaitannya dengan mantan presiden Lee Teng-hui (李登輝), kecenderungannya adalah mendukung Ko Wen-je (柯文哲) Ketua Partai Rakyat Taiwan (TPP).
Pemilihan presiden Taiwan 2024 akan diselenggarakan pada tanggal 13 Januari mendatang. KMT merekrut Walikota New Taipei Hou Yu-ih untuk mencalonkan diri. TPP mencalonkan ketua partai Ko Wen-je untuk berpartisipasi. Ditambah dengan Ketua Partai Progresif Demokratik (DPP) William Lai (賴清德), konfrontasi dan kompetisi dari 3 pihak telah terbentuk.
Wadah pemikir Brookings Institution di Washington mengundang direktur studi Indo-Pasifik dari German Marshall Fund (GMF) Bonnie Glaser, mantan Kepala Institut Amerika di Taiwan (AIT) Richard Bush, profesor di Davidson College Shelley Riger, peneliti Institusi Hoover dari Universitas Stanford, dan para pakar Taiwan serta hubungan antar selat lainnya untuk membahas masa depan Taiwan pada 25 Mei 2023.
Berbicara mengenai kandidat yang lebih dipilih oleh RRT dalam pemilihan presiden Taiwan, Glaser mengatakan, bahwa pidato Wakil Presiden William Lai di masa lalu membuat Beijing gusar. Sebagai tambahan DPP dianggap condong mengarah ke arah kemerdekaan, dan William Lai dianggap milik partai yang lebih radikal. Sementara Hou Yu-ih, Beijing juga tidak tenang, sebab ia adalah orang asli Taiwan, yang mengingatkan pihak tersebut pada Lee Teng-hui, selain Daratan Tiongkok juga tidak terlalu mengenalnya.
Sebaliknya, Glaser menunjukkan, bahwa Ko Wen-je pernah melakukan kerja sama dan pertukaran dengan Daratan Tiongkok melalui Forum Kota Kembar (Twin Cities) saat menjabat sebagai Walikota Taipei, sehingga Beijing lebih mengenalnya. Ia mengatakan, “menurut perasaan saya, dibandingkan 2 orang lainnya, mereka lebih bersedia untuk “mendukung” Ko Wen-je.”
Namun, Glaser menekankan, bahwa bagi Beijing lebih baik Hou Yu-ih yang berkuasa, daripada DPP yang berkuasa. Menghadapi kekhawatiran luar bahwa Negeri Tirai Bambu kemungkinan berusaha mempengaruhi Pemilu Taiwan, Glaser mengatakan, bahwa RRT menggunakan lebih banyak peralatan untuk mempengaruhi Pemilu Taiwan, ada beberapa yang terbuka, ada beberapa yang terselubung.
Menurut analisisnya, Beijing mungkin menggunakan 3 cara. Pertama adalah mendanai para pengusaha Taiwan untuk kembali ke Taiwan dan memberikan suara, kedua menggunakan informasi palsu, misalnya menyebarkan informasi bahwa pemerintahan DPP tidak menguntungkan, Amerika Serikat tidak dapat diandalkan, dan informasi lain yang tidak menguntungkan bagi DPP, atau bahkan memperkuat informasi skeptisisme Amerika Serikat, yang terakhir adalah memberikan lebih banyak keuntungan di tingkat lokal.
Terkait dengan hal terakhir, Glaser mengatakan, Beijing telah memberi tahu KMT, bahwa mereka akan menarik pemberlakuan larangan impor terhadap ribuan produk agrikultural Taiwan setelah kunjungan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi ke Taiwan tahun lalu, di mana Beijing kemungkinan akan menggunakannya untuk mendukung kelompok tertentu.