
(Taiwan, ROC) --- Jumlah bayi baru lahir di Taiwan tahun lalu (2022) sebanyak 138.000, mencapai titik terendah baru dalam sejarah, sementara populasi terus menunjukkan pertumbuhan negatif berturut-turut selama tiga tahun terakhir. Berdasarkan survei yang dirilis oleh Bank Tenaga Kerja pada akhir Maret 2023, kaum pekerja memperkirakan untuk pendapatan bulanan rumah tangga dari harus mencapai NT$107.000 baru memiliki kemampuan memiliki anak, dan biaya perawatan anak yang harus dipersiapkan sejak anak lahir hingga berusia 20 tahun diperkirakan mencapai NT$6,44 juta.
Dari hasil survei yang diumumkan oleh Situs pencarian kerja Yes123, berdasarkan angket valid dari 1.366 anggota dan 975 perusahaan memperlihatkan, 58% tenaga kerja berusia 20 tahun ke atas tidak memiliki rencana mempunyai anak untuk saat ini, dan 80% di antaranya khawatir tidak ada yang akan mendoakan mereka setelah meninggal nanti. Jika dilihat dari perencanaan hidup, 56% tenaga kerja tidak memiliki rencana untuk punya anak dengan alasannya seperti "Khawatir pendapatan tidak mencukupi untuk membesarkan anak", "Tidak mampu membeli rumah sehingga tidak bisa memberi anak rumah", dan "Sibuk dengan pekerjaan sehingga khawatir tidak memiliki waktu untuk merawat anak."
Mengenai tenaga kerja yang memiliki anak, 66% di antaranya merupakan keluarga berpenghasilan ganda. Selain itu, proporsi tenaga kerja yang "harus mengurus anak dan orang tua sekaligus", atau disebut generasi sandwich mencapai 82%. Tenaga kerja juga memperkirakan, total pendapatan bulanan sebuah keluarga harus mencapai NT$107.000 baru mampu memiliki anak. Diperkirakan, jumlah rata-rata dana yang harus dipersiapkan untuk membesarkan anak dari lahir hingga berusia 20 tahun sebanyak NT$6,44 juta.
Juru bicara situs pencari kerja yes123, Yang Zong-bin (楊宗斌), menganalisis bahwa penurunan angka kelahiran di Taiwan tidak hanya terkait dengan gaji rendah dan jam kerja yang panjang, tetapi juga tingginya harga rumah, lingkungan pendidikan, dan masalah keamanan publik, juga turut memicu orang enggan memiliki anak. Dia mengatakan, “Jika pemerintah ingin meningkatkan angka kelahiran, selain menghimbau perusahaan untuk menaikkan upah dan gaji pokok, mereka juga harus memberikan arahan tentang transformasi industri dan menaikkan standar gaji. Dari segi kesejahteraan sosial dan keamanan sosial, juga harus membangun sistem pengasuhan anak yang lebih lengkap.”
Yang Zong-bin juga menyampaikan, setelah memiliki anak, orang tua yang bekerja khawatir apakah tekanan di tempat kerja dan waktu kerja dapat mempengaruhi karier dan keluarga, bahkan hubungan orang tua dan anak. Pekerja kantoran yang sudah menikah tetapi tidak memiliki anak cenderung menghadapi tekanan dari orang tua mereka, juga banyak tekanan yang harus dihadapi pekerja untuk menyelesaikan masalah perawatan anak.