(Taiwan, ROC) – Tiongkok dengan Rusia diberitakan merilis pernyataan bersama yang menekankan pentingnya menjaga kelangsungan “Prinsip Satu Tiongkok”, serta menentang seluruh konten menyangkut independen Taiwan.
Menanggapi pernyataan tersebut, Kementerian Luar Negeri (MOFA), hari ini (22/3) menyampaikan, pemerintah otoriter Tiongkok terus menerbitkan pernyataan yang tidak benar, yang hanya akan merendahkan kedaulatan Taiwan di mata dunia. Di samping itu, Rusia juga turut bertepuk tangan mendukung pernyataan Tiongkok, yang jelas-jelas menyalahi fakta yang ada.
MOFA mengutuk keras dan menyatakan protes serius terhadap pernyataan Tiongkok – Rusia. Selain itu, MOFA juga membantah klaim dari Tiongkok dan Rusia perihal Piagam PBB.
MOFA menekankan, konsolidasi kekuatan antara Tiongkok dengan Rusia akan berdampak negatif bagi perdamaian dan stabilitas dunia, serta mengganggu tatanan internasional yang selama ini berjalan sesuai dengan aturan internasional.
Pemimpin Tiongkok dan Rusia merilis pernyataan bersama, yang menegaskan kedua belah pihak akan senantiasa mematuhi “Prinsip Satu Tiongkok”, serta mengakui bahwa Taiwan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Tiongkok. Selain itu, keduanya juga menentang segala bentuk yang berkaitan dengan independen Taiwan.
Rusia kembali menyampaikan dukungannya kepada Tiongkok untuk senantiasa mengambil tindakan tegas, guna melindungi kedaulatan dan keutuhan wilayah mereka.
MOFA kembali menegaskan, Republik Tiongkok Taiwan dengan Republik Rakyat Tiongkok tidak saling berafiliasi antara satu dengan yang lain. Rezim Tiongkok juga tidak pernah berkuasa di Taiwan selama satu hari pun.
Taiwan adalah negara demokrasi modern yang aktif membela prinsip kebebasan, serta menghormati nilai HAM dan supremasi hukum. Hal ini sangat bertentangan dengan sikap Partai Komunis Tiongkok, yang dikenal sebagai pelaku penganiaya HAM selama bertahun-tahun.
Pernyataan apa pun yang dilontarkan Tiongkok untuk mengerdilkan Taiwan, tidak dapat mengubah status quo Selat Taiwan, yang diakui dunia internasional.
Juru Bicara MOFA, Jeff Liu (劉永健) mengatakan, “Taiwan tidak pernah menjadi bagian dari Tiongkok. Fakta objektif ini juga adalah bagian dari status-quo itu sendiri. Tidak peduli bagaimana Tiongkok berusaha untuk mengerdilkan Taiwan, hal tersebut tidak dapat mengubah fakta bahwa kondisi antar selat tidak saling berafiliasi antara satu dengan yang lain.”
Dalam pernyataan tersebut, “Tiongkok dan Rusia menegaskan kembali komitmen mereka untuk menegakkan sistem internasional, dan PBB sebagai poros utamanya. Selain itu, juga akan menjaga tatanan internasional berdasarkan hukum dan norma yang berlaku, sebagaimana tertuang dalam Piagam PBB”.
Menanggapi hal tersebut, MOFA menjelaskan, ini semua jelas adalah tipuan atau trik semata. Rusia diketahui sudah jelas melanggar Piagam PBB, dengan melakukan invasi ke Ukraina. Selain itu, Tiongkok juga sering kali mengirimkan pesawat atau kapal mereka, untuk terbang melintasi perairan negara tetangga, terutama Taiwan.
Pernyataan kedua belah pihak yang menyerukan agar komunitas dunia mematuhi Piagam PBB, adalah trik penipuan yang ulung. Sebaliknya, dunia kini tengah dirugikan dengan konsolidasi kekuatan otoritarianisme Tiongkok dengan Rusia, yang hanya akan meningkatkan kecemasan komunitas internasional.
MOFA menyampaikan, Taiwan merupakan mitra pertahanan demokrasi yang berada di garda terdepan. Bersama dengan 23 juta rakyatnya, maka pemerintah Taiwan akan bersatu melawan ancaman dari militer Partai Komunis Tiongkok. Taiwan akan senantiasa menggelar kerja sama dengan negara-negara pendukung paham demokrasi, guna menghentikan langka semena-semena dari paham otoritarianisme.
Selain itu, Taiwan akan selalu menjaga perdamaian dan keamanan di Selat Taiwan, serta mempertahankan kebebasan dan keterbukaan di kawasan Indo Pasifik. Dengan demikian, stabilitas dan kemakmuran dunia dapat terus berada di jalur seharusnya.