(Taiwan, ROC) - Harga perdagangan babi di Taiwan mencapai rekor tertinggi NT$90 (US$3) per kilogram minggu lalu, di tengah krisis pasokan domestik dan pengurangan impor daging babi.
Wakil Ketua Departemen Industri Peternakan di bawah Dewan Pertanian (COA) Chiang Wen-chuan (江文全) mengatakan pada hari Minggu, kekurangan pasokan yang terjadi saat ini disebabkan berkurangnya anak babi yang mencapai usia pemotongan mulai paruh kedua tahun 2022, serta biaya operasi yang lebih tinggi seiring naiknya biaya renovasi kandang babi dan kenaikan harga pakan.
Dibandingkan dengan tahun lalu, ketika harga perdagangan babi di Taiwan berada di antara NT$70-NT$80 per kilogram, konsumen mungkin harus membayar lebih banyak untuk daging babi hingga setidaknya sekitar bulan Mei, terutama saat permintaan membludak pada hari libur besar seperti Festival Pembersihan Makam (Chengbeng) dan Festival Perahu Naga.
Itu sebabnya Taiwan saat ini mengalami kekurangan sekitar 800 ekor babi per hari, kata Chiang, yang memperkirakan bahwa rata-rata pasokan daging babi pada paruh pertama tahun 2023 kemungkinan turun 4-5% dari paruh kedua tahun 2022.
Peningkatan konsumsi daging di negara-negara Barat juga menyebabkan impor daging babi ke Taiwan turun sekitar 50% dibandingkan tahun lalu, lanjut Chiang.
Menurutnya, COA telah meminta Perusahaan Gula Taiwan (TSC), yaitu badan usaha milik negara (BUMN) yang merupakan peternak babi terbesar di Taiwan, untuk menyembelih 2.000 ekor babi tambahan pada bulan Maret untuk meningkatkan pasokan pasar.
Mengenai apakah harga perdagangan akan turun dalam waktu dekat? Chiang menegaskan, tergantung pada kenaikan impor daging babi pada kuartal keddua.
Sementara pada hari yang sama, Menteri Pertanian Chen Chi-chung (陳吉仲) mengatakan bahwa dengan bantuan dari TSC dan langkah-langkah lain untuk meningkatkan pembibitan, ia yakin akan kestabilan pasokan babi di masa depan.
