
(Taiwan, ROC) Tahun ini Forum Silaturahmi Pelaut Indonesia (FOSPI) memasuki tahun ke-16, hingga saat ini memiliki lebih dari 2.000 anak buah kapal (ABK) berkewarganegaraan asing, dapat dikatakan sebagai perkumpulan sektor perikanan yang terbesar di Taiwan. Guna memberikan rasa peduli atas kerja keras ABK maka FOSPI tetap menggelar acara pada tahun sebelumnya, dijadwalkan pada tahun baru penanggalan imlek hari pertama (22/1) akan mengadakan acara tahun baru imlek, selain mengundang warga Indonesia di Taiwan untuk memeriahkan kegiatan ini, juga bermanfaat untuk melepas rindu akan kampung halaman, serta menampilkan pertunjukan seni musik dan tarian Indonesia.
Forum Silaturahmi Pelaut Indonesia (FOSPI) yang dibentuk oleh para ABK Indonesia di Tungkang, Pingtung, selama 16 tahun berjalan FOSPI telah membangun masjid hasil galangan dana dari ABK asing, selain itu ABK juga memberikan berbagai pelayanan agar pekerja migran asing selama bekerja di Taiwan dapat beradaptasi dengan masyarakat umum ataupun budaya, hingga saat ini jumlah anggota FOSPI mencapai lebih dari 2.000 orang. Pelayanan yang diberikan FOSPI sangat luar biasa, salah seorang relawan FOSPI Sima Wu Ting-kuan mengatakan, “saat ini setidaknya ada 3 ajang pertemuan negosiasi dalam satu pekan, negosiasi ini sangat penting dan membantu kelompok ABK.”
Bagi ABK asing, selama perayaan tahun baru imlek menjadi momen langka untuk mendapat liburan panjang, guna memberikan hiburan kepada kelompok warga ini, maka tahun ini FOSPI kembali menggelar acara perayaan pembentukan FOSPI ke-16 tahun sekaligus merayakan tahun baru imlek, yang berlokasi di taman Zhenhai kecamatan Tungkang Kabupaten Pingtung.
Acara ini akan berlangsung mulai pukul 9:30, yang dibuka dengan pemotongan tumpeng dan tarian yang dibawakan oleh 2 kelompok tari imigran baru. Relawan Sima Wu mengatakan, salah satu kelompok tari Uters telah terbentuk di Taiwan selama 10 tahun, dapat dikatakan sangat langka dalam dunia budaya imigran baru. Selain pertunjukan tarian masih ada konser musik dan atraksi menarik, relawan Sima Wu mengatakan, “setelah siang, akan ada puncak acara yang diisi oleh band musik dari Lusiana Nada, kelompok musik yang berasal dari Zhungli, Taoyuan membawakan lagu-lagu pantai utara Jawa, lagu-lagu yang tidak asing di telinga para ABK Indonesia.”
Sima Wu menambahkan, acara terbuka untuk umum dan gratis, mengajak semua ikut memeriahkan acara multikultur ini. Selain itu, pada hari tersebut juga akan ada petisi mengusung agar kapal nelayan Taiwan memasang wifi untuk digunakan para ABK, mengajak warga turut mendukung perjuangan hak ABK untuk mendapat fasilitas internet.