
(Taiwan, ROC) --- Pusat Penelitian Pengembangan Ekonomi Taiwan (RCTED) yang dinaungi oleh National Central University (NCU) mengumumkan Indeks Keyakinan Konsumen pada bulan Desember ini berada di angka 59,12, atau dengan kata lain menurun sebanyak 0.88 poin dari bulan sebelumnya. Ini juga adalah yang terendah selama 13 tahun belakangan.
Selain nilai investasi yang kian merosot, penciptaan lapangan pekerjaan di dalam negeri juga menyentuh rekor terendah, semenjak Februari 2010 silam.
Bertindak sebagai Kepala RCTED, Wu Dach-rahn (吳大任) memperingatkan, keputusan bank sentral AS, FED, untuk menaikkan suku bunga tidak berubah, dan ada kemungkinan kondisi pada masa mendatang akan lebih buruk. Situasi ekspor yang tidak membaik, belum lagi dengan semakin meningkatkan modal operasional, sehingga akan memperburuk situasi pengangguran pada masa mendatang.
Beberapa perusahaan dalam negeri diprediksi akan mulai mempersilakan para karyawan mereka untuk mengambil cuti tanpa bayaran.
RCTED melakukan survei Indeks Keyakinan Konsumen terhadap 2.870 sampel, yang terdiri dari warga berusia minimal 20 tahun. Dari survei yang dibuat, didapati Indeks Keyakinan Konsumen Taiwan pada bulan Desember tahun ini berada di kisaran 59.12, atau dengan kata lain menurun sebanyak 0.88 poin, yang mana ini juga menjadi yang terendah selama 13 tahun belakangan.
Lebih lanjut Wu Dach-rahn menganalisis, waktu kenaikan suku bunga oleh FED AS masih harus bergantung pada kondisi perekonomian setempat. Suku bunga Negeri Paman Sam diprediksi baru akan berubah jika angka pengangguran menembus 5% atau tingkat inflasi menurun di bawah 5%.
Jika kebijakan moneter AS membaik, maka baru ada kemungkinan kondisi perekonomian dunia akan pulih. Mayoritas warga percaya bahwa ekonomi AS akan menurun pada tahun mendatang, yang mana ini akan berdampak langsung pada ekonomi Taiwan. Wu Dach-rahn menyimpulkan, menilik kondisi yang ada saat ini, maka dapat dipastikan titik terburuk/terendah masih belum terjadi.
Wu Dach-rahn menuturkan, nilai ekspor manufaktur Taiwan tidak begitu ideal. Di samping itu, kenaikan suku bunga yang terlampau sedikit oleh Bank Sentral Taiwan pada bulan ini akan meningkatkan nilai pinjaman. Beberapa perusahaan Taiwan telah memberlakukan “cuti tidak dibayar” kepada karyawan mereka. Hal ini serta-merta akan berdampak buruk pada situasi pengangguran di Taiwan.
Wu Dach-rahn mengatakan, “Ini akan berdampak serius pada modal pinjaman perusahaan. Sekarang kita dapat melihat, bahwa ada banyak perusahaan yang memutuskan untuk memperpanjang masa pinjaman mereka. Dan seiring berjalannya waktu, jika manajemen keuangan mereka memburuk, maka perusahaan-perusahaan ini akan segera terlilit utang. Jika situasinya memburuk, maka risiko keuangan sistematis akan muncul.”
Kini warga di Taiwan juga meminta agar pemerintah segera membagikan kembali kupon revitalisasi. Menanggapi pemberitaan tersebut, Wu Dach-rahn menuturkan, kupon revitalisasi yang dirilis sebelum-sebelumnya memiliki tujuan untuk menyelamatkan perindustrian domestik. Namun, tahun ini fokus ekonomi tertuju pada nilai ekspor yang tidak meningkat. Dengan demikian, pemberian kupon revitalisasi tidak terlalu berdampak signifikan pada permasalahan ekonomi saat ini.