
(Taiwan, ROC) --- Pada tanggal 16 November 2022, Presiden Tsai Ing-wen (蔡英文) memberikan pidatonya di sebuah kegiatan yang dihelat oleh wadah pemikir Amerika Serikat. Dalam pidatonya, Kepala Negara mengenang kisah perjuangan Taiwan dalam memenangkan demokrasi pada 30 tahun silam.
Menghadapi ancaman ekspansi paham otoritarianisme, Beliau berharap negara-negara lain dapat belajar dari pengalaman Taiwan. Ia juga menyerukan untuk memperkuat aliansi demokrasi dunia, guna melindungi kepentingan internasional.
Wadah pemikir George W. Bush Institute bersama dengan Freedom House dan National Endowment for Democracy menggelar seminar membahas perjuangan demokrasi di Texas, AS. Melalui rekaman video, Presiden Tsai Ing-wen diundang untuk memberikan pidatonya selama 10 menit.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang dijadwalkan akan mengadakan konferensi video dengan mantan Presiden AS, George W. Bush, ternyata berhalangan, setelah Rusia membombardir kawasan Ukraina melalui serangan udara pada tanggal 15 November kemarin.
Presiden Tsai menyampaikan, dunia tengah berjuang karena dampak ekonomi dan kesehatan akibat penularan COVID-19. Ketidakstabilan geopolitik di banyak negara juga menimbulkan tantangan tersendiri. Belum lagi dengan rezim otoritarianisme yang terus merongrong institusi demokrasi, sehingga meningkatkan potensi terhadap ancaman pelanggaran HAM.
Kepala Negara mengutip peristiwa invasi Rusia ke Ukraina pada Februari tahun ini. Beliau menyampaikan, melancarkan tindakan perang adalah langkah yang diambil oleh rezim otoritarianisme untuk melakukan apa pun dalam mencapai tujuan mereka.
Presiden Tsai Ing-wen melanjutkan, selama 30 tahun, warga Taiwan harus turun ke jalan guna memperjuangkan HAM dan menuntut pencabutan darurat militer. Masyarakat Taiwan menyerukan mekanisme kekuatan politik dan sosial yang lebih beragam, serta menganjurkan paham demokrasi.
Inti dari perjuangan ini adalah untuk merangkul demokrasi itu sendiri, yang mana sudah menjadi pilihan yang diupayakan Taiwan selama puluhan tahun pemerintahan otoriter berkuasa.
“Sekali rakyat Taiwan memilih jalan ini, maka tidak ada pilihan lain untuk mundur,” tegas Presiden Tsai Ing-wen.
Menyinggung ancaman otoritarianisme terhadap Taiwan saat ini, Presiden Tsai Ing-wen menyampaikan, pihak Tiongkok tidak pernah berhenti melancarkan tindakannya, misal intimidasi militer, operasi di zona abu-abu, menyerang dunia maya atau menekan sektor ekonomi. Hal tersebut dilakukan karena semata-mata ingin menaburkan keraguan di benak masyarakat Taiwan.
Namun, mesti mendapat ancaman berturut-turut, tetapi rakyat Taiwan tetap menghadapinya dengan sangat tenang. Taiwan menggunakan keterampilan dan pengetahuan profesionalnya untuk melawan intervensi otoritarianisme.
Kepala Negara menyampaikan, nilai demokrasi tidak hanya menjadi fondasi penting untuk mempersatukan masyarakat Taiwan, tetapi juga merupakan aset berharga untuk menghadapi setiap tantangan yang ada.
“Taiwan dapat membagikan pengalaman dengan dunia saat ini, serta membangun kekuatan dengan pihak sekutu, sehingga negara-negara penganut paham demokrasi dapat merespons setiap krisis secara efektif dan melawan ancaman otoritarianisme,” tegas Presiden Tsai Ing-wen.
Beliau menyampaikan, melihat invasi ilegal yang dilakukan oleh Rusia, maka Taiwan merasa sangat terhormat untuk memberikan kontribusinya dalam membantu Ukraina mempertahankan kedaulatan dan kebebasannya. Bersama dengan para mitra, Taiwan akan mendukung Ukraina untuk membangun kembali sekolah, rumah sakit dan sarana infrastruktur yang hancur akibat perang.
Kepala Negara menambahkan, perilaku mengancam dari rezim otoriter merupakan peringatan bagi seluruh negara demokrasi. Seluruh lapisan masyarakat harus bekerja sama memperkuat pertahanan mereka dan melindungi nilai-nilai yang diakui bersama. Beliau juga menyerukan kepada komunitas dunia untuk memahami sepenuhnya perihal ancaman yang datang dari paham otoritarianisme, termasuk penyebaran informasi palsu dan perlunya memperkuat koalisi antar negara-negara demokrasi.
Presiden Tsai juga mengambil kesempatan ini untuk menyampaikan terima kasih kepada pemerintah dan anggota Kongres Amerika Serikat, atas dukungan panjang mereka terhadap demokratisasi Taiwan. Beliau berharap Taiwan dan AS dapat bekerja sama memberikan dukungan kepada negara-negara yang tengah memperjuangkan nilai demokrasi dan kebebasan mereka.