
(Taiwan, ROC) --- Invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan harga energi dunia melonjak drastis. Tidak sedikit negara di dunia mulai memutuskan untuk mempercepat investasi dalam sektor energi terbarukan. Pada akhir bulan Oktober, Badan Energi Internasional (IEA) menyampaikan, tujuan nol emisi karbon akan mencapai puncaknya pada tahun 2025.
IEA pada tahun 2021 lalu pernah menyampaikan, penanaman investasi di sektor energi angin dan tenaga surya melonjak drastis, dan akan menurunkan permintaan bahan bakar fosil, yang mana bisa berdampak positif bagi tujuan nol emisi karbon. Dalam laporan “World Energy Outlook” terbaru, IEA menuturkan, krisis pasokan energi yang diakibatkan oleh gejolak Rusia – Ukraina akan membawa perubahan drastis, yang akan mempercepat langkah dunia menuju mekanisme penggunaan energi yang lebih berkesinambungan dan aman.
Menanggapi lonjakan harga sumber energi saat ini, membuat banyak negara di dunia mulai mengambil langkah dan kebijakan terbaru. IEA memprediksi, investasi dunia di sektor energi terbarukan akan mencapai angka US$ 2 triliun pada tahun 2030 mendatang, atau dengan kata lain meningkat 50%, jika dibandingkan data saat ini.
Keputusan di atas tentu akan mendorong pertumbuhan sektor energi terbarukan dan pengembangan energi nuklir. IEA mengatakan, “Oleh sebab itu, skenario terbaik saat ini adalah tujuan nol emisi karbon akan mencapai puncaknya pada tahun 2025.”
IEA menerangkan, pada tahun 2050 emisi senyawa karbon dioksida dunia akan berkurang secara perlahan menjadi 32 miliar ton/tahun. Atau dengan kata lain, berkurang signifikan dari yang sebelumnya berjumlah 37 miliar ton/tahun. IEA memprediksi, permintaan untuk semua jenis bahan bakar fosil akan mencapai taraf tertinggi. Meski demikian, peningkatan ini hanya berlangsung sementara dan menurun drastis pada beberapa tahun mendatang, karena proyek energi terbarukan mulai menjamah sektor masyarakat.
Permintaan terhadap gas alam akan melandai pada akhir dekade ini. Di samping itu, permintaan minyak bumi akan menurun pada pertengahan tahun 2030, seiring dengan mulai meratanya penggunaan kendaraan listrik. Secara garis besar, pangsa bahan bakar fosil akan menurun dari yang sebelumnya berjumlah 80% menjadi 60%, seiring dengan semakin meratanya penerapan energi terbarukan. Hal tersebut diutarakan IEA dalam laporan stated policies scenario mereka.
Dalam sebuah pernyataan terbuka, Ketua Eksekutif IEA - Fatih Birol menyampaikan, “Kebijakan dan skala pasar energi terbarukan telah direvisi, seiring dengan peristiwa invasi Rusia ke Ukraina. Ini tidak bersifat sementara, melainkan akan bertahan selama beberapa dekade mendatang.” Namun, sebelum abad ini berakhir, suhu bumi diperkirakan masih akan meningkat sebanyak 2,5°C, yang mana bisa memicu fenomena perubahan iklim yang parah.