
(Taiwan, ROC) --- Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa ke 77 akan digelar pada tanggal 13 September mendatang. Sedangkan untuk pelaksanaan debat umum akan dilakukan pada tanggal 20 hingga 26 September. Tema yang akan diangkat dalam perhelatan tahun ini adalah A watershed moment: transformative solutions to interlocking challenges.
Tema ini dipilih sebagai gambaran untuk mewakili dunia yang menghadapi tantangan berat, sehingga dibutuhkan kerja sama yang lebih untuk membangun lingkungan yang lebih tangguh dan berkelanjutan.
Pada tanggal 6 September 2022, Kementerian Luar Negeri (MOFA) menyampaikan, pihaknya akan meminta kepada negara sahabat untuk berbicara perihal Taiwan, sehingga Taiwan bersama dengan komunitas dunia dapat menuntaskan tantangan yang dihadapi saat ini.
Banyak negara sepaham di dunia yang telah menyatakan kesediaannya untuk mendukung Taiwan dengan cara masing-masing.
Di samping itu, film pendek yang mewakili perhelatan sidang ini juga telah diproduksi, serta menambahkan serangkaian kegiatan tambahan bertemakan inovasi dan pembangunan berkelanjutan.
MOFA juga ingin mengucapkan terima kasih kepada anggota legislator lintas partai yang telah melakukan koordinasi untuk mengirimkan delegasi dalam upaya memberikan dukungan bagi Taiwan. Selain itu, juga masih ada kegiatan solidaritas yang diselenggarakan oleh warga Tionghoa Perantauan.
MOFA menuturkan, sikap Tiongkok yang senantiasa menekan mekanisme PBB, dengan menyalahartikan makna dari Resolusi 2758, telah menjadi alasan utama mengapa Taiwan diasingkan dari tubuh PBB. Padahal dalam resolusi tersebut tidak tertulis bahwa Tiongkok memiliki wewenang untuk mewakili Taiwan di dalam organisasi PBB.
Sekjen MOFA, Hsu Li-wen (徐儷文) mengatakan, “Taiwan dengan Tiongkok tidak saling tunduk. Ini adalah fakta objektif yang harus berulang kali kita jelaskan kepada masyarakat internasional.”
Hsu Li-wen menekankan, pemerintah sangat memperhatikan tindakan “salah interpretasi” dan aksi represif yang dilancarkan Tiongkok. Seluruh pejabat kedutaan di luar negeri telah paham dengan pernyataan klarifikasi yang selalu dibuat oleh Taiwan, begitu Tiongkok salah dalam menginterpretasi resolusi di atas.
Hsu Li-wen juga mendorong para pakar dari wadah pemikir di berbagai belahan dunia untuk melakukan penelitian dan berdiskusi dengan kami, perihal ketidakadilan yang harus dihadapi Taiwan akibat masalah ini.